.

Sabtu, 02 Februari 2013

Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS)

Peserta LDKS
Seperti biasa rutinaitas setiap tahun terjadi pergantian kepengurusan OSIS, demikian pula SMPN 7 Karawang Barat mengadakan LDKS untuk kepengurusan OSIS tahun 2012-2013.
Dini Handayani, S.Pd sebagai Pembina Kesiswaan sedang melakukan regenerasi pada kepengurursan OSIS dimulai dengan upacara pembukaan dan dilanjutkan dengan pemberian wawasan tentang kepemimpinan dan pentingnya kiprah OSIS dalam ikut berpartisipasi untuk kemajuan sekolah.
Kata Bapak Ahmad Fadloli dalam sambuatannya selaku kepala sekolah" Bapak bangga terhadap kalian yang masuk dalam kepengurusan OSIS karena kalian adalah siswa pilihan di sekolah ini" lanjut pak Ahmad" Bapak yakin kalian bisa membuat arus baru yang berkiprah untuk belajar berorganisasi dan membuat terobosan untuk memajukan sekolah, jangan justru kalian yang mengikuti arus yang urang baik". Pak Ahmad mencontohkan: Misalnya kalian melihat ada sampah di sekolah tentunya sebgai anak OSIS mempunyai terobosan untuk itu dan buatlah progran sehingga semua teman kalian mengikuti program yang di buat oleh OSIS. Selanjutnya Pak Kepsek yang orangnya santai itu bertanya kepada para anggota OSIS yang sedang pembukaan LDKS dengan pertanyaan: " Apakah kalian sanggup membuat perubahan di sekolah Kita? dengan lantang para peserta menjawab: " Sanggup". diiringi dengan tepuk tangan yang meriah. Terimakasih Kata Pak Kepsek. Demikian sekilas gambaran Upacara pembukaan LDKS itu.
Kepala Sekolah sedang memberikan arahan
Penyematan tanda peserta secara simbolis

Diikuti oleh peserta yang lain
Pemberi materi

LESSON STUDY BERBASIS SEKOLAH

KEGIATAN PLAN MGMP SEKOLAH BERBASIS LESSON STUDY 
DI SMPN 7 KARAWANG BARAT

SMP N 7 Karawang Barat berusaha meningkatkan kompetensi guru dengan menerapkan Lesson Study Berbasis Sekolah. MGMP sekolah yang dilaksanakan dengan menerapkan kegiatan lesson study. Kegiatan tersebut di awali dengan workshop lesson study dilanjutkan dengan tahap Plan, 1.dan 2.

Kegiatan Workshop yang dilaksanakan dengan guru Model. Komang Herdiana S.Ag. mapel Pendidikan Agama Islam. Luar biasa guru- guru sangat antusias.
Tahap Plan.
Pada tahap tersebut didahului dengan video confrence di fasilitasi oleh Kepala sekolah sekaligus sebagai Fasilitator Provinsi Lesson Study. Dilanjutkan dengan tahap Perencanaan yang menghasilkan kesepakatan:
  1. Jadwal MGMP Sekolah disesuaikan dengan jadwal Open Lesson Pada Kegiatan Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS)
  2. Ada 3 guru Model dalam kegiatan di semster ke dua tahun pelajaran 2012/2013
  3. Pada open lesson akan mengundang perwakilan guru-guru SD yang berada di sekitar sekolah dan guru lain yang berminat mengikuti kegiatan tersebut sebagai sarana untuk diseminasi dan sharing.                                                                                                                                                                
Kepala Sekolah (Fasilitator) sedang memfasilitasi guru- guru dalam kegiatan perencanaan (paln) kegiatan LSBS di SMPN 7 Karawang Barat dan Drs. Kateni Guru Model Ketiga Matapelajaran Bahsa Inggris.
Guru- guru SMPN 7 Karawang Barat Sedang menyimak Tayangan Video Pembelajaran
Guru Model 1 ( Merly Naibaho,S.Pd) Matematika sedang memaparkan Skenario Pembelajaran yang akan di gunakana pada kegiatan open Lesson .
Guru Model Ke dua. Bu Ratna Sudaryanti,SS. Mapel Bahasa Inggris.

Jumat, 01 Februari 2013

SUPERVISI

KIAT-KIAT MENDORONG PERUBAHAN PEMBELAJARAN DI KELAS Kepala Sekolah merupakan kunci keberhasilan usaha-usaha sekolah. Kepala Sekolah merupakan penentu bagi terciptanya iklim sekolah yang lebih kondusif untuk meningkatnya mutu pendidikan. Kepala Sekolah tidak hanya dituntut mahir mengelola sarana, prasarana, tetapi juga harus memiliki kiat-kiat menarik yang mendorong guru-gurunya mau secara ikhlas dan penuh percaya diri meningkatkan kualitas pembelajaran di kelasnya. Karena itu, kiat-kiat yang dilakukan oleh seorang Kepala Sekolah di Kabupaten Probolinggo berikut layak untuk dijadikan pelajaran bagi kita bersama. Berikut beberapa kiat kepala sekolah tersebut. Supervisi Klinis Kegiatan ini dilakukan dengan cara Kepala Sekolah melakukan supervisi atau pengamatan terhadap guru-guru/kelas maupun terhadap aktivitas sekolah secara keseluruhan. Hasil temuan baik positif maupun negatif dibahas di dalam pertemuan/rapat dewan guru. Jika di dalam pertemuan/rapat tersebut masalah tidak dapat di atasi maka kepala sekolah segera mengambil inisiatif untuk mencari bantuan pemecahan ke luar sekolah. Misalnya guru kelas 1 sulit untuk membuat pembelajaran tematik. Dalam pertemuan/rapat dewan guru tidak ada yang bisa memberi contoh. Satu-satunya jalan yaitu mendatangkan fasilitator atau nara sumber kelas awal. Tetapi setelah rencana akan mendatangkan fasilitator kelas awal sekolah tidak memiliki dana untuk mengadakan pelatihan tersebut, maka jalan keluarnya adalah mengadakan kerja sama dengan beberapa sekolah untuk mendatangkan fasilitator tersebut. Masalah pendanaan sudah barang tentu di pikul bersama-sama. Curhat Nonformal Curhat nonformal adalah mencurahkan isi hati atau uneg-uneg yang dilakukan secara nonformal. Waktu dan tempat sudah barang tentu tidak terikat. Waktu bisa dilakukan pada jam-jam santai atau waktu luang. Masalah tempat bisa di sekolah maupun di luar sekolah. Topik bahasannya berkisar aktivitas sekolah. Jika kepala sekolah ingin menyampaikan ide-ide tentang model pembelajaran atau aktivitas sekolah, kepala sekolah tidak langsung menyampaikannya pada pertemuan/rapat resmi dewan guru. Tetapi kepala sekolah dapat melakukan lobi-lobi ke beberapa guru untuk didiskusikan terlebih dahulu. Kolaborasi Atas-Bawah Kolaborasi ‘Atas – Bawah’ merupakan model kerja sama antara kepala sekolah selaku supervisor dan guru selaku yang disupervisi. Bentuk kerja sama itu contohnya adalah jika ada salah satu guru sulit dalam menerapkan model PAKEM/CTL pada materi tertentu, maka kepala sekolah bersama-sama membuat skenario pembelajaran. Setelah selesai, skenario tersebut dijalankan secara bersama-sama oleh guru dan kepala sekolah. Jika sekali pelaksanaan ternyata belum cukup bagus, maka perlu dilakukan kolaborasi sekali lagi, sampai diperoleh hasil yang bagus. Who am I Jika kepala sekolah dalam melakukan supervisi melihat ada beberapa guru telah berhasil melakukan model PAKEM/CTL dan manajemen kelas yang kreatif, kepala sekolah segera memberitahu kepada guru tersebut bahwa kelasnya akan dijadikan sasaran studi banding antarkelas. Dalam acara studi banding antar kelas tersebut para pengunjungnya adalah teman-temannya sendiri. Setelah harinya disepakati, guru yang menjadi sasaran studi banding tersebut menjelaskan berbagai hal yang telah dilakukan, baik itu tentang model pembelajarannya, skenario pembelajarannya, manajemen kelasnya, dan hasil karya anak, terutama yang dilakukan selama satu minggu sebelumnya. Selain itu, guru tersebut diminta untuk menyampaikan berbagai hal dan ide-ide satu minggu ke depan. Masalah-masalah atau kendala-kendala yang dihadapinya juga turut disampaikan pada acara tersebut. Dalam acara ini kepala sekolah posisinya sebagai pendamping guru yang menjadi sasaran studi banding. Tetapi pembicaraan hak penuh guru tersebut. Fleksidi Hampir jarang dilakukan oleh kebanyakan guru adalah melakukan refleksi diri setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Cara untuk melakukan refleksi diri ini dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya, jika sekolah memiliki perangkat keras seperti handy cam, kepala sekolah dapat mengambil gambar beberapa kegiatan guru, khususnya dalam melakukan pembelajaran. Setelah itu, hasil rekaman tersebut diamati bersama-sama. Hal-hal apa saja yang seharusnya perlu dilakukan dan hal-hal yang tidak perlu dilakukan, biar guru yang bersangkutan yang merefleksi dirinya sendiri. Guru-guru yang lain mencoba membahas hal-hal positif yang dapat diadopsi dan diterapkan di kelasnya. Kontes Hasil Karya Siswa dan Kelas Untuk memotivasi agar guru-guru dan para siswanya kreatif maka dalam setiap minggu sekolah perlu mengadakan kontes. Macam-macam kontes di antaranya adalah lomba pidato, bercerita, drama, menggambar, mengarang, menyanyi/karaoke, kerapian dan kebersihan kelas, dan display atau pameran hasil karya siswa. Para pemenang dapat diumumkan pada saat upacara bendera hari Senin. Kultum Bergilir Dalam setiap pertemuan/rapat dewan guru atau kegiatan apa saja selalu diawali kegiatan santapan rohani atau dinamakan kultum (kuliah tujuh menit). Orang yang menyampaikan kultum tersebut tidak harus guru agama atau guru senior. Kultum ini disampaikan siapa saja secara bergilir, baik guru senior maupun junior. Tujuannya agar semuanya dapat belajar atau mendidik diri sendiri sebelum memberitahu orang lain. Materi kultum bebas, bisa masalah agama, rumah tangga, sekolah, pekerjaan, dan kehidupan lainnya. Go Public atau Open School Untuk memperkuat dan mendorong guru-guru agar mau berbuat lebih meningkat lagi, kepala sekolah dapat bekerja sama dengan sekolah lain. Artinya sekolah lain diminta untuk mengadakan kunjungan ke sekolahannya. Tapi ingat: guru-guru tidak perlu diberitahu strategi ini, karena ini merupakan rahasia strategi kepala sekolah dengan kepala sekolah lain. Mereka diharapkan melakukan kunjungan, khususnya berkunjung ke kelas mengamati model PAKEM/CTL yang diterapkan oleh guru-gurunya. Dengan demikian guru-guru yang akan dikunjungi akan berbenah diri, karena mereka akan dikunjungi oleh sekolah lain. Retreat Makan biasanya dilakukan di rumah pada tempat dan situasi yang sama. Suatu saat dilakukan di tempat lain dengan suasana lain pula. Jika perlu dilakukan dengan seluruh anggota keluarga (anak dan istri/suami mereka). Di sini biasanya muncul ide-ide segar dan fress. Retreat merupakan wisata di waktu liburan yang dilakukan kepala sekolah, guru, dan staf lainnya di suatu tempat. Di sana mereka merancang suatu kegiatan tentang pendidikan di sekolah sambil berlibur. Napak Tilas Sekolah dan kelas sering mendapat kunjungan guru-guru hampir di seantero nusantara. Suka duka telah banyak dialami guru-guru dan warga sekolah lainnya. Kecapekan dan kebosanan kadang-kadang menghantui guru-guru dan warga sekolah lainnya. Mengapa tidak? Karena hampir setiap saat mereka dituntut harus menemukan berbagai hal inovasi dalam pembelajarannya. Hal ini tampak di saat awal tahun pelajaan baru tiba. Guru-guru seakan tampak tidak bergairah lagi untuk berinovasi, seakan kehabisan daya kreativitas lagi. Maka kepala sekolah di saat-saat inilah sangat dibutuhkan daya kreativitasnya. Melalui diskusi kelompok, guru-guru diajak untuk mengingat kembali berbagai inovasi dan hal-hal positif yang dulu pernah sukses dilakukannya. Lalu mereka membuat kesepakatan untuk pengembangan inovasi dan bahkan mencoba inovasi baru lagi. Hasilnya sungguh luar biasa. Guru-guru bergairah kembali, karena mereka merasa tersuntik dan termotivasi kembali untuk melakukan tugasnya.

PENILAIAN

PENILAIAN Sesuai dengan standar isi, pembelajaran harus diarahkan untuk pencapaian kompetensi siswa. Untuk mengetahui pencapaian kompetensi siswa, guru perlu melakukan penilaian. Pada umumnya sebagian guru terbiasa menilai kompetensi siswa dengan menggunakan tes tulis. Padahal sebaik apa pun tes tulis tidak akan pernah mampu menilai seluruh kompetensi siswa pada suatu mata pelajaran. Oleh sebab itu, penggunaan teknik penilaian selain tes tulis mutlak perlu dikuasai oleh guru-guru. Penilaian merupakan rangkaian kegiatan untuk menentukan kompetensi siswa terhadap mata pelajaran. Pada tahap awal guru melakukan pengumpulan data, pengumpulan contoh, dan pencatatan amatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, dan berkelanjutan serta digunakan untuk mengetahui penguasaan siswa. Selanjutnya guru membuat simpulan, pemaknaan, pengambilan keputusan berdasarkan data, contoh, dan hasil amatan. Akhirnya guru membuat laporan yang merupakan pensintesaan, penerjemahan, dan pengkomunikasian hasil penilaian. Penilaian memiliki beberapa manfaat. Penilaian memberikan umpan balik mengenai kemajuan belajar siswa. Selain itu, penilaian juga membantu guru untuk membuat keputusan-keputusan mengenai kebutuhan-kebutuhan siswa, dan perencanaan program pembelajaran selanjutnya. Oleh sebab itu, penilaian harus menjadi bagian tidak terpisah dari program pembelajaran itu sendiri. Sesi ini memperkenalkan berbagai teknik penilian yang sesuai dengan lingkup mata pelajaran. Peserta akan berlatih mengembangkan dan menggunakan rubrik penyekoran untuk mengumpulkan dan mencatat informasi tentang kemampuan siswa. Teknik-teknik Penilaian Untuk mengetahui kompetensi siswa, guru dapat melakukan penilaian dengan beberapa teknik. Teknik-teknik penilaian yang dimaksud adalah sebagai berikut. • penilaian kinerja, • penilaian sikap, • penilaian tertulis, • penilaian proyek, • penilaian produk, • penggunaan portofolio, dan • penilaian diri. Penerapan dari teknik-teknik penilaian tersebut diuraikan di bawah ini. Penilaian Kinerja Penilaian kinerja dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kinerja siswa. Penilaian kinerja dilakukan melalui pengamatan. Kinerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat, dan lain-lain. Alat pengamatan yang digunakan dapat berupa Daftar Cek atau Skala Rentang. Penilaian Sikap Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif (perasaan), komponen kognitif (keyakinan), dan komponen konatif (kecenderungan berbuat) . Objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah: – Sikap terhadap subjek – Sikap positif terhadap belajar – Sikap positif terhadap diri – Sikap terhadap seseorang yang berbeda Teknik penilaian sikap dapat berupa: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Observasi perilaku di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta. Penilaian Tertulis Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Dalam menjawab soal siswa tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain, seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Dalam mengembangkan instrumen penilaian ini, guru perlu mencermati kesesuian antara soal (materi) dengan indikator pada kurikulum. Selain itu, rumusan soal atau pertanyaan (konstruksi) harus jelas dan tegas. Rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat (bahasa) yang menimbulkan penafsiran ganda. Penilaian Proyek Penilaian proyek adalah penilaian terhadap suatu tugas (suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data) yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan siswa dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas Penilaian cara ini dapat dilakukan terhadap perencanaan, proses selama pengerjaan tugas, dan hasil akhir proyek. Dalam penilaian ini guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, kemudian menyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitiannya juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian ini dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek (checklist) ataupun skala rentang (rating scale) Penilaian Produk Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pada umumnya pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian. Penilaian Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan siswa merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk; Penilaian Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan siswa menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik. Penilaian Tahap penilaian (appraisal), meliputi: menilai kemampuan siswa membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan. Penilaian Portofolio Penilaian Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa melalui karya siswa, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik, penelitian, dan lain-lain. Dalam mengembangkan penilaian portofolio, guru perlu melakukan hal-hal berikut. • Menjelaskan maksud penggunaan portofolio. • Menentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. • Mengumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap siswa dalam satu map/folder/wadah. • Memberi tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu • Menentukan kriteria penilaian sampel-sampel portofolio siswa beserta pembobotannya bersama para siswa agar dicapai kesepakatan • Meminta siswa menilai karyanya secara berkesinambungan • Setelah suatu karya dinilai dan ternyata nilainya belum memuaskan, memberi kesempatan kepada siswa untuk memperbaiki lagi • Bila perlu, menjadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Penilaian Diri Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam menerapkan penilaian diri ini, guru perlu melakukan hal-hal berikut. • Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai • Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan • Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala rentang • Meminta siswa untuk melakukan penilaian diri • Mendorong siswa supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif

Media pembelajaran

BAGAIMANA MEMANFAATKAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN? Pemanfaatan media pembelajaran yang relevan dalam kelas dapat mengoptimalkan proses pembelajaran. Bagi guru, media membantunya mengkonkritkan konsep atau gagasan dan membantu memotivasi peserta untuk belajar aktif. Bagi siswa, media dapat menjadi jembatan untuk berpikir kritis dan berbuat. Dengan demikian media dapat membantu tugas guru dan siswa mencapai kompetensi dasar yang ditentukan. Agar media pembelajaran dapat dimanfaatkan dengan baik, guru perlu mengetahui kebutuhan pembelajarannya dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa tentang materi yang akan diajarkan. Terkait dengan itu, media perlu dikembangkan berdasarkan relevansi, kompetensi dasar, materi dan karakteristik siswa. Guru dapat berperan sebagai kreator yaitu menciptakan dan memanfaatkan media yang tepat, efisen, dan menyenangkan bagi siswa. Media pembelajaran yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan guru sangat bervariasi. Beberapa contoh media pembelajaran yang dimaksud adalah: foto, karikatur, poster, koran, bagan, grafik, peta, benda model, permainan, slide, proyeksi komputer, overhead transparansi, radio, televisi, lingkungan (fisik, alam, sosial, dan peristiwa). Beberapa media, seperti media sederhana, kadang perlu dikembangkan, dimodifikasi, dikombinasikan dengan media lain, atau dicari alternatif media lainnya yang juga relevan untuk membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Media dari alat dan bahan sederhana seringkali menarik dan menantang karena dapat merangsang kreativitas guru dalam mengembangkan dan siswa dalam menggunakannya. Media sederhana sangat disarankan meskipun media-media yang lebih modern seperti komputer dapat dimanfaatkan jika tersedia. Pemanfaatan media pembelajaran sangat diperlukan terutama untuk mendorong siswa belajar. Oleh sebab itu pastikan bahwa media yang dikembangkan atau yang dipilih memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk memanfaatkannya sebagai sumber belajar, dan bukan sekedar alat bantu guru. Banyak dampak positif yang dapat diperoleh, misalnya tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan lebih mudah, memotivasi peserta, menciptakan iklim belajar yang kondusif. Media pembelajaran tidak harus media yang mahal dan rumit, tetapi yang paling utama adalah kecocokan dengan pencapaian KD serta merangsang siswa untuk berpikir dan berbuat. Apapun media yang dipilih, pastikan aman dari risiko kecelakaan pengguna.

Lembar Kerja

BAGAIMANA MERANCANG LEMBAR KERJA/ LEMBAR TUGAS YANG BAIK? Pendahuluan Lembar kerja (LK) atau lembar tugas (LT) dimaksudkan untuk memicu dan membantu siswa melakukan kegiatan belajar dalam rangka menguasai suatu pemahaman, keterampilan, dan/atau sikap. Selain itu, penggunaan LK/LT dapat membantu mengarahkan pembelajaran sehingga lebih efisien dan efektif. Beberapa kenyataan menunjukkan LK/LT digunakan hampir di akhir suatu sesi, yaitu setelah guru menjelaskan suatu konsep/pemahaman, sehingga LK/LT lebih terasa sebagai ‘soal latihan’ atau bahkan sebagai ‘soal tes’ terhadap konsep yang telah dijelaskan guru. Pada saat siswa memahami suatu konsep, mereka tetap mengalami pembelajaran yang tidak mengaktifkan mereka; mereka hanya ‘menyimak’ penjelasan guru. Pertanyaan yang diajukan dalam LK/LT pun sering berupa pertanyaan yang kurang memicu siswa berpikir tingkat tinggi (menganalisis, mengevaluasi, atau, mengkreasi). Lembar kerja yang ada sering meminta siswa hanya mengisi ‘titik-titik’ dengan kata atau kalimat pendek; walaupun dalam pelajaran Bahasa Inggris, pengisian ‘titik-titik’ dalam LK/LT untuk beberapa hal masih diperlukan, misal untuk keperluan kosa kata baru. Lembar kerja/lembar tugas merupakan bagian dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan merupakan sebagian ‘alat’ yang digunakan guru dalam mengajarnya. Oleh karena itu, LK/LT tidak dimaksudkan untuk mengganti guru. Guru masih memiliki peran, yaitu menjadikan suasana pembelajaran menjadi interaktif dengan cara mengatur agar hasil belajar siswa melalui LK/LT tersebut terkomunikasikan dan didiskusikan di antara para siswa; atau guru masih harus mengajukan pertanyaan tambahan kepada siswa yang berkemampuan lebih serta menyederhanakan pertanyaan bagi siswa yang berkemampuan di bawah rata-rata. Tidak setiap mengajar diperlukan LK/LT dalam bentuk lembaran. Pengertian LK/LT sebaiknya tidak terpaku pada ‘lembarannya’ melainkan pada isi, yaitu struktur yang ada pada LK/LT tersebut; sehingga bila tidak memungkinkan untuk memperbanyaknya, maka ‘isinya’ cukup ditulis di papan tulis bahkan jika singkat, isi LK/LT cukup dikemukakan secara lisan oleh guru. Struktur pokok LK/LT yang dikenalkan pada sesi ini terdiri dari INFORMASI/PERNYATAAN MASALAH dan PERTANYAAN/SURUHAN dan hanyalah salah satu bentuk dari sekian bentuk yang ada. Selanjutnya tiap mata pelajaran dapat mengembangkannya sesuai dengan karakter masing-masing mata pelajaran. PERTANYAAN dapat yang bersifat terbuka dan/atau yang bersifat membimbing (‘guided’). Karakter utama LK/LT yang diperkenalkan adalah LK/LT tersebut menyebabkan siswa memproduksi hasil karya asli (orisinal) Catatan untuk Fasilitator Komponen LK/LT yang dikenalkan adalah ’Informasi’/’Konteks Permasalahan’ dan ’Pertanyaan’/’Perintah’ dengan ciri-ciri sbb: •Informasi, hendaknya ‘menginspirasi’ siswa untuk menjawab/mengerjakan tugas; tidak terlalu sedikit atau kurang jelas sehingga siswa ‘tak berdaya’ untuk menjawab/ mengerjakan tugas; tetapi juga tidak terlalu banyak sehingga mengurangi ‘ruang kreativitas’ siswa. Informasi dapat diganti dengan gambar, teks, tabel, atau benda konkret. •Pernyataan Masalah, hendaknya betul-betul menuntut siswa menemukan cara/strategi memecahkan masalah tersebut. •Pertanyaan/Perintah, hendaknya memicu siswa untuk menyelidiki, menemukan, memecahkan masalah dan/atau berimajinasi/mengkreasi. Jumlah pertanyaan sebaiknya dibatasi paling banyak 3 buah sehingga LK/LT tidak seperti ‘hutan belantara’ sehingga menjadi beban baca bagi siswa. Bila guru memiliki lebih dari 3 pertanyaan bagus, pertanyaan lebih tersebut hendaknya disimpan dalam pikirannya dan baru diajukan secara lisan kepada siswa sebagai tambahan bila diperlukan. Pertanyaan dapat bersifat terbuka atau membimbing (‘guided’). Sumber: Bahan Pelatihan DBE3 Jabar-Banten

Sabtu, 06 Oktober 2012

< ahref="">

Workshop Lesson Study di SMPN 7 Karawang BaratPeserta

Peserta menandatangani daftar hadir

Acara Pembukaan: dar kiri : Pak Abdul Jalil ( Disdikpora) Tengah Ahmad Fadloli (Kep Sek SMPN 7 Karbar, Fasilitator;Kanan H. Wandiyo Fasilitator


Peserta

Peserta

Senin, 01 Oktober 2012

Belajar Aktif

 
BElajar Aktif:
Apa, Mengapa, DAN Bagaimana?
 Pendahuluan

“Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”

(Permen Diknas Nomor 41, tahun 2007: Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah)

Sejalan dengan hal itu, Presiden Susilo Bambang Yudoyono dalam Temu Nasional di Jakarta, 29 Oktober 2009, mengatakan:

“Saya minta Menteri Pendidikan Nasional untuk mengubah metodologi belajar-mengajar yang ada selama ini. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangan hanya gurunya yang aktif , tetapi harus mampu membuat siswanya juga aktif”
   
Akal sehat pasti tidak akan menyangkal pesan dari kedua pernyataan di atas mengingat pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan kemampuan berimajinasi. Kedua hal tersebut merupakan ‘bahan dasar’ bagi tumbuh kembangnya kreativitas yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya agar bertahan; dan kedua hal tersebut hanya mungkin tumbuh subur dan berkembang dalam suasana pembelajaran seperti yang dipesankan oleh kedua pernyataan di atas.

Keinginan kita untuk melahirkan generasi yang kritis, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab hampir mustahil diwujudkan selama pembelajaran di sekolah lebih bersifat proses ‘pemberitahuan’ guru kepada siswa. Guru menceramahkan ilmunya, dan siswa mencatat, menghafal, dan mengatakannya kembali pada saat ulangan/uijian.

Sebaliknya, pembelajaran aktif lebih menciptakan suasana belajar yang mengembangkan berbagai potensi siswa antara lain rasa ingin tahu dan berimajinasi untuk selanjutnya berbuah kreativitas.
(Sumber: Bahan TOT Nasional Karakter Budaya Bangsa, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan)





 






Minggu, 23 September 2012

Ektra Kurikuler SMPN 7 Karawang Barat

Tenis Meja
 Ektra Kurikuler di SMPN 7 Karawang Barat
 Volly Ball
Paduan Suara
 Paduan Suara
 BTA
 Praamuka
Futsal
l

Sabtu, 22 September 2012

Dari Kanan: Kepala SMPN 10 Sukabumi, Fasilitator( A.Fadloli), Moderator, Guru Model


                                          Guru - guru peserta kegiatan Lesson study

Rabu, 19 September 2012


PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP

 Pendahuluan
Pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan untuk membantu siswa BERTAHAN HIDUP atau bahkan MEWARNAI KEHIDUPAN. Karena itu, pembelajaran di sekolah tidak seharusnya diarahkan untuk sekedar mengenal, mengingat, atau memahami ilmu pengetahuan. Mereka harus mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya untuk bekal mereka dalam mengenali dan mengatasi masalah kehidupan, atau bahkan dalam menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.
Kecakapan untuk bisa bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan ini dikenal dengan istilah Life Skills atau Kecakapan Hidup. Kecakapan Hidup ini dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu: (a) Kecakapan personal, (b) Kecakapan Sosial, (c) Kecakapan Akademis, dan (d) Kecakapan Vokasional (Kejuruan).
Di dalam kesempatan ini, hanya ada 2 kelompok kecakapan hidup yang akan dikembangkan, yaitu Kecakapan Akademis dan Kecakapan Sosial. Dari Kecakapan Akademis akan dikembangkan Kecakapan dalam Memecahkan Masalah dan dalam Pengambilan Keputusan. Dari Kecakapan Sosial akan dikembangkan kecakapan bekerja dalam kelompok dan kecakapan belajar secara kooperatif.
Selama ini, di jenjang SMP telah dikembangkan pola pembelajaran kontekstual. Pola pembelajaran kontekstual ini memiliki beberapa ciri, antara lain menuntut siswa untuk aktif dan kreatif, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar, dan bekerja dalam kelompok.  Tampak, pembelajaran kontekstual memiliki kontribusi untuk pengembangan kecakapan hidup. Akan tetapi, meskipun telah dilatihkan secara intensif, pembelajaran kontekstual belum diterapkan secara mantap.

Beberapa prinsip dalam pembelajaran kontekstual antara lain:
1.    mendorong anak belajar secara aktif (learning by doing).
2.    mendorong anak berkreasi dengan menggunakan pikirannya sendiri, tidak sekedar meniru pikiran guru atau teman
3.    mendorong anak melakukan inkuiri dan mempertanyakan (questioning) terhadap informasi yang dibutuhkan
4.    mendorong anak belajar secara bersama-sama dalam masyarakat belajar
5.    mendorong digunakannya asesmen yang otentik
6.    mendorong anak untuk selalu melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar yang telah dilakukan