BElajar Aktif:
Apa, Mengapa, DAN Bagaimana?
Pendahuluan
“Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran
untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”
(Permen Diknas Nomor 41, tahun 2007: Standar Proses untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah)
Sejalan dengan hal itu, Presiden Susilo Bambang Yudoyono
dalam Temu Nasional di Jakarta, 29 Oktober 2009, mengatakan:
“Saya minta
Menteri Pendidikan Nasional untuk mengubah metodologi belajar-mengajar yang ada
selama ini. Sejak taman kanak-kanak hingga sekolah menengah jangan hanya
gurunya yang aktif , tetapi harus mampu membuat siswanya juga aktif”
Akal sehat pasti tidak akan
menyangkal pesan dari kedua pernyataan di atas mengingat pada dasarnya anak
memiliki sifat rasa ingin tahu dan kemampuan berimajinasi. Kedua hal tersebut
merupakan ‘bahan dasar’ bagi tumbuh kembangnya kreativitas yang dibutuhkan
manusia dalam hidupnya agar bertahan; dan kedua hal tersebut hanya mungkin
tumbuh subur dan berkembang dalam suasana pembelajaran seperti yang dipesankan
oleh kedua pernyataan di atas.
Keinginan kita untuk melahirkan
generasi yang kritis, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab hampir mustahil
diwujudkan selama pembelajaran di sekolah lebih bersifat proses ‘pemberitahuan’
guru kepada siswa. Guru menceramahkan ilmunya, dan siswa mencatat, menghafal,
dan mengatakannya kembali pada saat ulangan/uijian.
Sebaliknya, pembelajaran aktif
lebih menciptakan suasana belajar yang mengembangkan berbagai potensi siswa
antara lain rasa ingin tahu dan berimajinasi untuk selanjutnya berbuah
kreativitas.
(Sumber: Bahan TOT Nasional Karakter Budaya Bangsa, Ekonomi Kreatif, dan Kewirausahaan)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar