.

Rabu, 19 September 2012


PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP

 Pendahuluan
Pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan untuk membantu siswa BERTAHAN HIDUP atau bahkan MEWARNAI KEHIDUPAN. Karena itu, pembelajaran di sekolah tidak seharusnya diarahkan untuk sekedar mengenal, mengingat, atau memahami ilmu pengetahuan. Mereka harus mampu memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya untuk bekal mereka dalam mengenali dan mengatasi masalah kehidupan, atau bahkan dalam menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan.
Kecakapan untuk bisa bertahan hidup atau bahkan mewarnai kehidupan ini dikenal dengan istilah Life Skills atau Kecakapan Hidup. Kecakapan Hidup ini dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu: (a) Kecakapan personal, (b) Kecakapan Sosial, (c) Kecakapan Akademis, dan (d) Kecakapan Vokasional (Kejuruan).
Di dalam kesempatan ini, hanya ada 2 kelompok kecakapan hidup yang akan dikembangkan, yaitu Kecakapan Akademis dan Kecakapan Sosial. Dari Kecakapan Akademis akan dikembangkan Kecakapan dalam Memecahkan Masalah dan dalam Pengambilan Keputusan. Dari Kecakapan Sosial akan dikembangkan kecakapan bekerja dalam kelompok dan kecakapan belajar secara kooperatif.
Selama ini, di jenjang SMP telah dikembangkan pola pembelajaran kontekstual. Pola pembelajaran kontekstual ini memiliki beberapa ciri, antara lain menuntut siswa untuk aktif dan kreatif, menggunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, memanfaatkan lingkungan yang ada di sekitar, dan bekerja dalam kelompok.  Tampak, pembelajaran kontekstual memiliki kontribusi untuk pengembangan kecakapan hidup. Akan tetapi, meskipun telah dilatihkan secara intensif, pembelajaran kontekstual belum diterapkan secara mantap.

Beberapa prinsip dalam pembelajaran kontekstual antara lain:
1.    mendorong anak belajar secara aktif (learning by doing).
2.    mendorong anak berkreasi dengan menggunakan pikirannya sendiri, tidak sekedar meniru pikiran guru atau teman
3.    mendorong anak melakukan inkuiri dan mempertanyakan (questioning) terhadap informasi yang dibutuhkan
4.    mendorong anak belajar secara bersama-sama dalam masyarakat belajar
5.    mendorong digunakannya asesmen yang otentik
6.    mendorong anak untuk selalu melakukan refleksi terhadap proses dan hasil belajar yang telah dilakukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar