Narasi Diambil dari Film” Pipo
dan Embro” dikeluarkan oleh PT Jaringan Dwidasa Eka Copyrigt 2002.
Dahulu kala disuatu desa kecil
dekat lembah yang asri tersebutlah dua sahabat bernama “Pipo dan Embro” mereka
adalah tipe pemuda yang berambisi untuk menjadi orang terkaya di Desanya. Mereka
sering membicarakan impian dan ambisi mereka tentang kekayaaan, kehidupan dan
gaya hidup yang ingin mereka miliki nantinya. Mereka tidak takut untuk bekerja
keras hanya saja mereka belum dapat mewujudkan cita- cita mereka. Tanpa putus
asa mereka terus mencari dan mencoba gagasan-gagasan baru untuk mendapatkan
kesempatan tersebut.
Hingga suatu hari kesempatan
tersebut datang. Desa mereka membutuhkan lebih banyak air, oleh karena itu kepala
Desa mempekerjakan “Pipo dan Embro” untuk mengambil air dari mata air di gunung
untuk di bawa ketempat penampungan di Desa. Mereka akan di bayar sesuai dengan
banyaknya air yang bisa mereka bawa. Mereka berdua pun menyambut dengan baik
kesempatan ini. Embro dan Pipo segera melaksankan pekerjaan tersebut dengan
bersemangat. Setiap hari sejak pagi hingga sore mereka bergegas menuju mata air
dengan membawa ember masing-masing. Mereka bekerja keras untuk membawa air
sebanyak mungkin ketempat penampungan di Desa. Menjelang sore hari merekapun
pulang dengan membawa upah sesuai dengan jumlah air yang di bawa.
Embro merasa puas dengan
pekerjaan hari itu dan besarnya upah yang ia dapatkan. Ia yakin bahwa dengan
pekerjaannya ini ia bisa segera mewujudkan cita-citanya, bahkan untuk menambah
penghasilannya embro membuat ember yang lebih besar agar dapat lebih banyak
membawa air. Embro yakin dengan penghasilanya sebesar itu tak lama lag ia bisa
mebeli sapi dan memiliki gubuk baru yang ia idam-idamkan.
Lain halnya dengan Pipo dia
merasa tidak nyaman dengan cara yang mereka lakukan itu, ia mencari cara yang
lebih nyaman untuk mendpatkan lebih banyak uang. Suatau hari Pipo mendapat
sebuah gagasan. Ia berniat membangun sebuah saluran Pipa yang akan mengalirkan
air dari mata air langsung ketempat penampungan air di Desa. Dengan saluran
Pipa tersebut, ia akan mendapat lebih banyak air tanpa membawa ember ke mata
air. Dia sangat antusias dengan gagasannya ini.
Pipopun mulai menceritakan
gagasan ini kepada Embro dan mengajaknya bekerja sama, tetapi Embro tidak
sependapat bahkan ia mentertawakan gagasan Pipo tersebut karena merasa dirinya
mampu mendapatkan lebih banyak uang.
Pipo akhirnya memutuskan untuk
mewujudkan sendiri gagasannya itu, ia mengerti bahwa tidaklah mudah untuk
membangun dan menyelesaikan saluran pipa tersebut. Dibutuhkan beberapa tahun
untuk menyelesaikan dan menikamati hasilnya. Namun dengan tekad yang bulat
iapun tetap mengangkat air dengan ember setiap hari seperti biasa, tetapi di
akhir minggu dan setiap ada waktu luang Pipo bekerja keras menggali tanah yang
banyak berbatu untuk membangun saluran pipanya.
Pada bulan-bulan pertama hasilnya
hampir tidak kelihatan. Orang-orang Desa mulai banyak mentertawakan dan
mencemooh Pipo, mereka menjulukinya “Pipo si Manusia saluran pipa”
Sementara itu penghasilan embro
telah meningkat dua kali lipat, ia sudah berhasil membeli sapi dan memiliki
gubuk baru yang megah. Gaya hidupnyapun sudah mulai berubah. Ia sering
menhabiskan waktu sepulang kerja di Bar menikmati hasil jerih payahnya
mengangkat ember. Namun tanpa disadarai badan Embro kini menjadi bungkuk karena
begitu beratnya ia mngengjat ember setiap hari. Semakin hari semkain sedikit
air yang bisa di bawanya, karena tenaganya berkurang seiring bertambahnya usia.
Bulan berganti bulan tahun
berganti tahun, akhirnya Pipo berhasil menyelesaikan saluran Pipanya. Kini dia
tanpa bersusah payah mengangkat air dengan ember. Pipo akan mendapatkan lebih
banyak uang berkat air yang terus mengalir memenuhi tong-tong air di temapat
penampungan. Air terus mengalir tanpa henti, bahkan pada saat ia tidur, makan,
ataupun saat ia pergi berlibur.
Pipopun puas dan bangga berkat
tekad dan kerja keras kini penghasilannya mengalir tiada henti seiring aliran
air disaluran pipanya.
Terimaksih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar