.

Selasa, 27 September 2016

MEMAKNAI GERAKAN LITERASI SEKOLAH



Oleh: Ahmad Fadloli


Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang dikembangkan berdasarkan Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti mempunyai tujuan Umum: Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Serta mempunyai tujuan Khusus: (a) Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah; (b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat; (c) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan;(d) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca ( Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Menengah Pertama, hal.2 tahun 2016)

Dalam rangka mengimplementasikan Permendikbud nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti siswa  SMPN 1 Cilamaya Wetan melaksanakan kegiatan literasi sekolah (GLS) mulai tahun pelajaran 2016/2017 diawali pada akhir bulan juli 2016 dengan model kegiatan sebagai berikut: Pukul 07.15 WIB bel masuk sekolah berbunyi, semua siswa masuk ke dalam kelas dipimpin ketua murid (KM) melakukan doa bersama sebelum belajar, dilanjutkan dengan GLS selama 15 menit, kemudian masuk pelajaran jam pertama. Lantas, Siapa yang memimpin GLS yang dilaksankan di kelas?

GLS di kelas dipimpin oleh guru jam pertama yang mengajar di kelas tersebut. Jika guru jam pertama belum ada, maka KM sebagai pemimpin di kelas mempunyai peran yang sangat penting demi terlaksananya kegiatan GLS di  kelas yang dipimpinnya, jika KM tidak hadir, maka wakil KM yang menggantikan peran KM. Selain KM dan wakil KM di kelas terdapat perangkat kelas yang lain yaitu sekretaris, bendahara, seksi bidang yang menggantikan peran KM. Olekharena itu tidak ada lasan kegiatan GLS tidak berlangsung. Bahkan semua siswa di kelas tersebut juga berperan terhadap pelaksanaan kegiaan. Tetapi setiap kegiatan tentu menghadapi kendala dalam pelaksanaanya. Demikian pula dengan GLS, dalam pelaksanaannya ternyata terdapat beberapa kendala  sehingga kegiatan tidak berjalan sesuai  dengan jadwal yang sudah dibuat  dan akan berpengaruh terhadap tujuan dan makna dari GLS itu sendiri. Salah satu kendala yang timbul dari pelaksanaan GLS adalah kegiatan GLS belum berlangsung sesui dengan jadwal yang sudah ada.

SMPN 1 Cilamaya Wetan merupakan sekolah dengan jumlah kelas yang cukup besar yaitu kelas tujuh berjumlah 12  kelas, kleas delapan 12 kelas, dan kelas sembilan berjumlah 12 kelas sehingga total berjumlah 36 kelas. Dari 36 kelas yang ada masih ada sebagian kelas yang kegiatan GLS-nya belum berjalan secara optimal. Dengan demikian tibul pertanyaan:  Apa yang menyebabkan kegiatan GLS di beberapa kelas belum berjalan? Mengapa kegiatan GLS di beberapa kelas belum berjalan? Bagaimanakah solusinya agar GLS bisa berlangsung sesuai dengan tujuan dan jadwal yang sudah ditentukan?

Menjawab permasalahan pertama, Kegiatan GLS yang dilaksanakan di dalam kelas sebagian masih belum berjalan disebabkan karena: satu, Tidak berjalannya peran KM dan jajarannya dalam memimpin, memprakarsai terlaksananya kegiatn GLS dikelas yang menjadi tugasnya. Kita memaklumi bahwa KM sebagai siswa mempunyai tugas utama belajar. Tetapi dengan dipilihnya dia sebagai KM di kelas tersebut artinya dia dipercaya oleh rekanrekannya menjadi siswa yang jadi panutan dan mampu menjadi pemimpin di kelas tersebut.  Kita memaklumi bahwa tugas yang diemban oleh KM dan jajarannya memang sangat berat, karena dia yang dipilih oleh teman-teman di kelas tersebut memikul tanggungjawab sebagai wakil dari wali kelas untuk dapat memimpin rekan-rekan yang semua mempunyai karakter yang berbeda, mempunyai niat yang berbeda, mempunyai kebiasaan yang berbeda, semua berbeda. Oleh karena itu seorang KM harus  dapat di jadikan contoh oleh teman-teman di kelasnya. Contoh dalam hal kedisiplinan dalam segala hal, misalnya disiplin waktu, disiplin berpakaian, mempunyai kakter yang baik. Deangan contoh dan teladan yang di berikan, maka KM tidak segan untuk mengajak rekan-rekan dalam kelas. Dan jika KM sudah memberikan teladan, maka dengan sedikit bicara tentu rekan-rekan dalam kelas akan mudah untuk mengikuti.
Selain itu, KM dan jajarannya harus memahami dan mau melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai KM. Dia memahami tugasnya pada saat bel masuk sekolah sudah berbunyi sampai bel pulang sekolah berbunyi. Kenyataannya, banyak diantara KM dan jajarannya belum memahami tugasnya bahkan dia mengikuti siswa lain yang belum atau pura-pura tidak mengetahui apa yang harus dilakukan jika bel sudah berbunyi sampai pulang nati.
Ternyata tidak semua kelas melaksanakan GLS sesusi dengan harapan, terutama kelas-kelas yang bapak dan ibu guru jam pertama belum masuk dan peran KM dan jajarannya belum berfungsi.
jadwal yang sudah di tentukan yaitu dengan cara 15 menit sebelum belajar dilaksanakan GLS di dalam kelas dibimbing oleh guru yang mengajar jam pertama. Kemudian dilanjutkan dengan belajar yang sebelumnya di dahului dengan berdoa bersama.
Dengan kegiatan yang dilaksanakan tentu menimbulkan kejenuhan, olehkarena itu perlu dilakukan evaluasi dan tindak lanjut dalam pelaksanaan kegiatan.
Dari hasil evaluasi dan tindak lanjut, menghasilkan rekomendasi bahwa kegiatan GLS perlu dilakukan inovasi untuk tetap  menumbuhkan  gairahdalam melakasanakan kegiatan.
Inovasi yang dilakukan dalam melakasankan GLS agar tidak terjadi kejenuhan dan tetap tumbuh semangat dalam melaksanakan kegiatan adalah “Dibuat jadwal pelaksanaan GLS secara bergantian dilaksanakan di lapangan dan di dalam kelas”.

Jadwal kegiatan GLS dibuat dalam rangka menumbukan kembali gairah siswa dan guru dalam melaaksankaan kegaiatan, mengingat kegiatan sudah berlangsung kurang lebih 2 bulan dan berdasrkan hasil evaluasi mengalami kejenuhan. Jadwal yang sudah dibuat yaitu kegiatan GLS dilakukan didua tempat yaitu di dalam kelas dan di lapangan. Dengan jadwal sebagai berikut: Hari selasa kelas tujuh melaksanakan gLS di lapangan sementara kelas delapan dan kelas sembilan melaksanakan GLS di dalam kelas seperti biasa. Hari rabu gilirsn kelas delapan dilapangan, sementara kelas tujuh dan kelas sembilan melaksankaan GLS di dlam kelas. Hari kamis, kelas sembilan melaksankan GLS di lapangan, sementara kelas tjuh dan kelas delapan melaksanakan GLS di dalam kelas. Begitu seterusnya.


Setelah dilaksanakan kegiatan dengan jdwal bergantian tersebut, sangat terlihat antusiasme siswa dalam melaksanakan GLS. Hal itu dapat dilihat dari semangat siswa untuk datang dan duduk dilapangan dengan tertib dan tanpa di panggil-panggil oleh guru untuk datang ke lapangan. Seperti terlhat pada gambar di bawah ini.
Harapan dari kegiatan ini adalah tumbuhnya karakter  membaca dalam diri seluruh Guru dan siswa dan pada akhirnya menjadi kebiasaan. Olehkarena itu kegiatan yang dilaksanakan merupakan stimulus agar dalam diri tumbuh karakter yang pada akhirnya menjadi kebiasaan. Lantas, bagaimana kelnjutan kegiatan GLS, Program apa lagi yang akan dilaksanakan supaya GLS  yang dilaksanakan bukan sekedar seremonial tetapi lebih bermakna? (27092016)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar