KIAT-KIAT MENDORONG PERUBAHAN PEMBELAJARAN DI KELAS
Kepala Sekolah merupakan
kunci keberhasilan usaha-usaha sekolah. Kepala Sekolah merupakan
penentu bagi terciptanya iklim sekolah yang lebih kondusif untuk meningkatnya
mutu pendidikan. Kepala Sekolah tidak hanya dituntut mahir mengelola
sarana, prasarana, tetapi juga harus memiliki kiat-kiat menarik yang mendorong
guru-gurunya mau secara ikhlas dan penuh percaya diri meningkatkan kualitas
pembelajaran di kelasnya. Karena itu, kiat-kiat yang dilakukan oleh seorang
Kepala Sekolah di Kabupaten Probolinggo berikut layak untuk dijadikan pelajaran
bagi kita bersama.
Berikut beberapa kiat kepala
sekolah tersebut.
·
Supervisi
Klinis
Kegiatan ini dilakukan dengan
cara Kepala Sekolah melakukan supervisi atau pengamatan terhadap
guru-guru/kelas maupun terhadap aktivitas sekolah secara keseluruhan. Hasil
temuan baik positif maupun negatif dibahas di dalam pertemuan/rapat dewan guru.
Jika di dalam pertemuan/rapat tersebut masalah tidak dapat di atasi maka kepala
sekolah segera mengambil inisiatif untuk mencari bantuan pemecahan ke luar
sekolah.
Misalnya guru kelas 1 sulit
untuk membuat pembelajaran tematik. Dalam pertemuan/rapat dewan guru tidak ada
yang bisa memberi contoh. Satu-satunya jalan yaitu mendatangkan fasilitator
atau nara
sumber kelas awal. Tetapi setelah rencana akan mendatangkan fasilitator kelas
awal sekolah tidak memiliki dana untuk mengadakan pelatihan tersebut, maka
jalan keluarnya adalah mengadakan kerja sama dengan beberapa sekolah untuk
mendatangkan fasilitator tersebut. Masalah pendanaan sudah barang tentu di
pikul bersama-sama.
·
Curhat
Nonformal
Curhat nonformal adalah
mencurahkan isi hati atau uneg-uneg yang dilakukan secara nonformal.
Waktu dan tempat sudah barang tentu tidak terikat. Waktu bisa dilakukan pada
jam-jam santai atau waktu luang. Masalah tempat bisa di sekolah maupun di luar
sekolah. Topik bahasannya berkisar aktivitas sekolah. Jika kepala sekolah ingin
menyampaikan ide-ide tentang model pembelajaran atau aktivitas sekolah, kepala
sekolah tidak langsung menyampaikannya pada pertemuan/rapat resmi dewan guru. Tetapi
kepala sekolah dapat melakukan lobi-lobi ke beberapa guru untuk
didiskusikan terlebih dahulu.
·
Kolaborasi
Atas-Bawah
Kolaborasi ‘Atas – Bawah’
merupakan model kerja sama antara kepala sekolah selaku supervisor dan guru
selaku yang disupervisi. Bentuk kerja sama itu contohnya adalah jika ada salah
satu guru sulit dalam menerapkan model PAKEM/CTL pada materi tertentu, maka
kepala sekolah bersama-sama membuat skenario pembelajaran. Setelah selesai,
skenario tersebut dijalankan secara bersama-sama oleh guru dan kepala sekolah.
Jika sekali pelaksanaan ternyata belum cukup bagus, maka perlu dilakukan
kolaborasi sekali lagi, sampai diperoleh hasil yang bagus.
·
Who
am I
Jika kepala sekolah dalam
melakukan supervisi melihat ada beberapa guru telah berhasil melakukan model
PAKEM/CTL dan manajemen kelas yang kreatif, kepala sekolah segera memberitahu
kepada guru tersebut bahwa kelasnya akan dijadikan sasaran studi banding
antarkelas. Dalam acara studi banding antar kelas tersebut para pengunjungnya
adalah teman-temannya sendiri. Setelah harinya disepakati, guru yang menjadi
sasaran studi banding tersebut menjelaskan berbagai hal yang telah dilakukan,
baik itu tentang model pembelajarannya, skenario pembelajarannya, manajemen
kelasnya, dan hasil karya anak, terutama yang dilakukan selama satu minggu
sebelumnya. Selain itu, guru tersebut diminta untuk menyampaikan berbagai hal dan
ide-ide satu minggu ke depan. Masalah-masalah atau kendala-kendala yang
dihadapinya juga turut disampaikan pada acara tersebut. Dalam acara ini kepala
sekolah posisinya sebagai pendamping guru yang menjadi sasaran studi banding. Tetapi
pembicaraan hak penuh guru tersebut.
·
Fleksidi
Hampir jarang dilakukan oleh
kebanyakan guru adalah melakukan refleksi diri setelah melakukan kegiatan
pembelajaran. Cara untuk melakukan refleksi diri ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara. Misalnya, jika sekolah memiliki perangkat keras seperti handy
cam, kepala sekolah dapat mengambil gambar beberapa kegiatan guru,
khususnya dalam melakukan pembelajaran. Setelah itu, hasil rekaman tersebut
diamati bersama-sama. Hal-hal apa saja yang seharusnya perlu dilakukan dan hal-hal
yang tidak perlu dilakukan, biar guru yang bersangkutan yang merefleksi dirinya
sendiri. Guru-guru yang lain mencoba membahas hal-hal positif yang dapat
diadopsi dan diterapkan di kelasnya.
·
Kontes Hasil Karya Siswa dan Kelas
Untuk
memotivasi agar guru-guru dan para siswanya kreatif maka dalam setiap minggu
sekolah perlu mengadakan kontes. Macam-macam kontes di antaranya adalah lomba
pidato, bercerita, drama, menggambar, mengarang, menyanyi/karaoke, kerapian dan
kebersihan kelas, dan display atau pameran hasil karya siswa. Para
pemenang dapat diumumkan pada saat upacara bendera hari Senin.
·
Kultum
Bergilir
Dalam setiap pertemuan/rapat dewan
guru atau kegiatan apa saja selalu diawali kegiatan santapan rohani atau
dinamakan kultum (kuliah tujuh menit). Orang yang menyampaikan kultum
tersebut tidak harus guru agama atau guru senior. Kultum ini disampaikan siapa
saja secara bergilir, baik guru senior maupun junior. Tujuannya agar semuanya
dapat belajar atau mendidik diri sendiri sebelum memberitahu orang lain. Materi
kultum bebas, bisa masalah agama, rumah tangga, sekolah, pekerjaan, dan
kehidupan lainnya.
·
Go
Public atau
Open School
Untuk memperkuat dan mendorong
guru-guru agar mau berbuat lebih meningkat lagi, kepala sekolah dapat bekerja
sama dengan sekolah lain. Artinya sekolah lain diminta untuk mengadakan
kunjungan ke sekolahannya. Tapi ingat: guru-guru tidak perlu diberitahu
strategi ini, karena ini merupakan rahasia strategi kepala sekolah dengan
kepala sekolah lain. Mereka diharapkan melakukan kunjungan, khususnya
berkunjung ke kelas mengamati model PAKEM/CTL yang diterapkan oleh
guru-gurunya. Dengan demikian guru-guru yang akan dikunjungi akan berbenah
diri, karena mereka akan dikunjungi oleh sekolah lain.
·
Retreat
Makan biasanya dilakukan di
rumah pada tempat dan situasi yang sama. Suatu saat dilakukan di tempat lain
dengan suasana lain pula. Jika perlu
dilakukan dengan seluruh anggota keluarga (anak dan istri/suami mereka). Di
sini biasanya muncul ide-ide segar dan fress. Retreat merupakan
wisata di waktu liburan yang dilakukan kepala sekolah, guru, dan staf lainnya
di suatu tempat. Di sana mereka merancang suatu kegiatan tentang pendidikan di
sekolah sambil berlibur.
·
Napak Tilas
Sekolah
dan kelas sering mendapat kunjungan guru-guru hampir di seantero nusantara.
Suka duka telah banyak dialami guru-guru dan warga sekolah lainnya. Kecapekan
dan kebosanan kadang-kadang menghantui guru-guru dan warga sekolah lainnya.
Mengapa tidak? Karena hampir setiap saat mereka dituntut harus menemukan
berbagai hal inovasi dalam pembelajarannya. Hal ini tampak di saat awal tahun pelajaan baru tiba. Guru-guru seakan
tampak tidak bergairah lagi untuk berinovasi, seakan kehabisan daya kreativitas
lagi. Maka kepala sekolah di saat-saat inilah sangat dibutuhkan daya
kreativitasnya. Melalui diskusi kelompok, guru-guru diajak untuk mengingat
kembali berbagai inovasi dan hal-hal positif yang dulu pernah sukses dilakukannya.
Lalu mereka membuat kesepakatan untuk pengembangan inovasi dan bahkan mencoba
inovasi baru lagi. Hasilnya sungguh luar biasa. Guru-guru bergairah kembali,
karena mereka merasa tersuntik dan termotivasi kembali untuk melakukan
tugasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar