.

Sabtu, 02 Februari 2013

KIAT-KIAT PRAKTEK LESSON STUDY



Bagi yang belum mengenal, mungkin Lesson Study disamakan dengan metode atau pendekatan
pembelajaran. Padahal Lesson Study  bukan metode pembelajaran, juga bukan pendekatan
pembelajaran. Sebenarnya, Lesson Study adalah suatu strategi untuk meningkatkan mutu pembelajaran
berbasis sekolah melalui  pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning. Oleh karena tugas guru adalah membelajarkan siswa
maka Lesson Study di negeri asalnya, Jepang, merupakan model pembinaan (pelatihan) guru berkelanjutan secara konsisten sejak seabad lalu. Keampuhan Lesson Study dalam meningkatkan mutu  pembelajaran yang berdampak terhadap mutu SDM Jepang yang diakui di seluruh dunia dan sekarang  Lesson Study dikembangkan dimana-mana termasuk di Amerika Serikat. Kita baru beberapa tahun saja belajar dari Jepang melalui JICA experts dan beberapa dosen yang berkesempatan menyaksikan  langsung kegiatan Lesson Study di Jepang. Jadi kita harus bersabar untuk merasakan hasilnya. Sebagian orang juga bertanya, apa bedanya dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)? Jawabya adalah Lesson Studylebih luas dari PTK. Pada dasarnya Lesson Study adalah penelitian pembelajaran, mengkaji pembelajaran dengan memberi tindakan agar pembelajaran menjadi lebih baik. Melalui Lesson Study, guru dapat melakukan kajian pembelajaran terhadap suatu kelas dengan topik berbeda (Penelitian Tindakan Kelas) dan melakukan kajian pembelajaran pada beberapa kelas paralel untuk topik yang sama (Peneltian Tindakan).



 APA LESSON STUDY? 

Lesson Study di Indonsia dapat diartikan sebagai model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik berbasis sekolah melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Apabila kita cermati definisi Lesson Study maka kita menemukan 7 kata kunci yaitu pembinaan profesi, pengkajian pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan, kolegialitas, mutual learning, dan komunitas belajar. Less Study bertujuan untuk melakukan pembinaan profesi pendidik secara berkelanjutan agar terjadi peningkatan profesionalitas pendidik terus menerus yang tercermin dari peningkatan mutu pembelajaran. Kalau tidak dilakukan pembinaan terus menerus maka profesionalitas guru dapat menurun dengan bertambahnya waktu. Bagaimana membinanya, yaitu melalui pengkajian pembelajaran secara terus menerus dan berkolaborasi. Pengkajian pembelajaran harus dilakukan secara terus menerus karena beberapa alasan antara lain: (1) tidak ada pembelajaran yang sempurna, selalu ada celah untuk memperbaikinya, (2) setiap siswa memiliki hak belajar, (3) pembelajaran harus memperhatikan keseimbangan antara peningkatan kemampuan berpikir dan peningkatan sikap, (4) pembelajaran harus berpusat pada siswa. Membangun komunitas belajar adalah membangun budaya yang memfasilitasi anggotanya untuk saling belajar, saling koreksi, saling menghargai, saling bantu, saling menahan ego. Membangun budaya tidak sebentar, memerlukan waktu lama. Berapa lama waktu
 untuk membangun budaya komunitas belajar tidak ada batasnya. Pengkajian pembelajaran
dimaksudkan untuk diperlukan mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran agar terjadi peningkatan mutu pembelajaran terus menerus. Objek kajian pembelajaran dapat meliputi, antara lain, materi ajar, metode/strategi/pendekatan pembelajaran, LKS (Lembar Kerja Siswa), media pembelajaran, seting kelas, dan asesmen. Mengapa pengkajian pembelajaran dilakukan secara berkolaborasi? Karena lebih banyak masukan perbaikan akan meningkatkan mutu pembelajaran itu sendiri. Menurut sendiri rasanya persiapan pembelajaran sudah bagus dan ketika mendapat masukan dari orang lain bisa meningkatkan mutu persiapan pembelajaran.
 Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling belajar) diterapkan dalam berkolaborasi ketika
 melaksanakan kegiatan Lesson Study. Dengan kata lain, peserta kegiatan Lesson Study tidak boleh
 merasa superior (merasa paling pintar) atau imperior (merasa rendah diri) tetapi semua peserta kegiatan
 Lesson Study harus diniatkan untuk saling belajar. Peserta yang sudah paham atau memiliki ilmu lebih
 harus mau berbagi dengan peserta yang belum paham, sebaliknya peserta yang belum paham harus


mau bertanya kepada peserta yang sudah paham. Keberadaan nara sumber dalam forum Lesson Study


harus bertindak sebagai fasilitator, bukan instruktur. Fasilitator harus dapat memotivasi peserta


mengembangkan potensi yang dimiliki para peserta agar para peserta dapat maju bersama. 


Pengkajian pembelajaran dilaksanakan dalam tiga tahapan, seperti diperlihatkan dalam Gambar 1. 


IMPLEMENTASI

PERENCANAANSeorang guru

Berkolaborasi mengajar yang lain

menrencanakan mengobservasi,

pembelajaran mengumpulkan

berpusat pada siswadata tentang

aktivitas siswa



REFLEKSI

Mendiskusikan

temuan tentang

aktivitas siwa

belajar &

indaklanjut

t


Gambar 1. Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study


 


Kalau pelatihan konvensional bersifat top-down, artinya materi pelatihan sudah disiapkan dan diberikan


oleh instruktur, sebaliknya pelatihan melalui Lesson Study bersifat bottom-up karena materi pelatihan


berbasis permasalahan yang dihadapi para guru di sekolah, kemudian dikaji secara kolaboratif dan


berkelanjutan. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahapan pertama adalah


perencanaan (secara kolaborasi mencari solusi inovatif atas permasalahan dalam pembelajaran untuk


mengaktifkan siswa), tahapan kedua adalah implementasi (ujicoba inovatif pembelajaran pada kelas


nyata, seorang guru mengajar dan guru lain mengobservasi/mencatat aktivitas siswa), dan tahapan


ketiga adalah refleksi (membahas temuan tentang aktivitas siswa dan merancang tindak lanjut) yang


berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang


tak pernah berakhir.  




2

 
Secara ringkas, gambaran umum dan tujuan utama Lesson Study serta hubungannya dengan empat


kompetensi guru yang diharapkan UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, diperlihatkan dalam


Gambar 2.

























 


Gambar 2. Gambaran umum dan Tujuan utama lesson study serta hubungannya dengan


kompetensi guru


 


BAGAIMANA PELAKSANAAN LESSON STUDY?


Berikut adalah paparan ringkas mengenai tahapan pelaksanaan Lesson Study.


Tahap Pertama. Kegiatan Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan yang bertujuan untuk


merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa agar pembelajaran berpusat pada siswa,


bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dan berpikir dalam proses pembelajaran. Beberapa guru


dapat berkolaborasi atau guru-guru dan dosen dapat pula berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide


dalam membuat perencanaan yang lebih baik. Berikut adalah beberapa tip untuk merencanakan


pembelajaran.


1. Merumuskan tujuan jangka panjang. Sebelum memulai kegiatan Lesson Study sebaiknya


direnungkan goal yang ingin dicapai dalam 3 tahun kedepan. Mengapa harus mengakaji




3

 
pembelajaran? Mutu pembelajaran yang diharapkan? Mutu output (pengetahuan,


keterampilan, kesadaran belajar, dan sikap) yang diharapkan? 


2. Pemilihan topik kajian. Topik yang akan dikaji dalam satu semester dipilih berdasarkan


kurikulum yang berlaku, topik yang tersedia dan sulit serta mewakili kelas, misal satu topik dari


masing-masing kelas (kelas 7, 8, dan 9 untuk SMP/MTs atau kelas 10, 11, 12 untuk SMA/MA). 


3. Analisis permasalahan. Diskusikan permasalahan yang dihadapi dalam membelajarkan topik


tersebut berdasarkan pengamalan sebelumnya. Permasalahan dapat berupa materi bidang


studi, misal miskonsepsi yang sering terjadi. Permasalahan dapat juga berhubungan dengan (1)


pedagogi, yaitu bagaimana mengembangkan metode pembelajaran yang tepat agar


pembelajaran lebih efektif dan efisien; dan (2) permasalahan fasilitas, yaitu bagaimana


mensiasati kekurangan fasilitas pembelajaran. 


4. Merumuskan solusi. Selanjutnya para guru bersama-sama mencari solusi terhadap


permasalahan yang dihadapi. Kalau sering  terjadi miskonsepsi, diskusikan konsep yang


sebenarnya. Kalau diantara yang hadir tidak meyakinkan konsep yang sebenarnya maka


manfaatkanlah fasilitas internet untuk mencari  informasi berkenaan dengan konsep yang


sedang dibahas. Bila kita sudah memahami konsep tersebut, kemudian fikirkan bagaimana


mengemasnya melalui media yang tepat sehingga siswa tertarik dan tertantang untuk terlibat


dalam belajar dalam artian siswa harus difasilitasi untuk berpikir. Selanjutnya, pikirkan pula


strategi atau cara menyampaikannya sehingga siswa dapat memahami konsep tersebut. Lesson


Study tidak membatasi suatu metoda atau strategi dan mungkin menerapkan beberapa metoda


pembelajaran, yang penting siswa terlibat dalam belajar, siswa diajak berpikir. Beberapa prinsip


pembelajaran berikut dapat menjadi acuan dalam perencanaan dan implementasi pembelajaran


(disarikan dari Buku Petunjuk Guru untuk Pembelajaran lebih Baik oleh JICA Experts, Program


SISTTEMS). 


a) Dua jenis pembelajaran, jenis latihan dan eksplorasi. Jenis pertama, siswa menguasai


pelajaran melalui serangkaian latihan. Sementara jenis kedua, siswa memahami suatu


konsep melalui eksperimen atau proses berpikir dan akhirnya menemukan konsep. Kedua


jenis pembelajaran bisa digabung dengan berbagai variasi. Variasi 1, siswa melakukan


latihan kemudian eksplorasi. Variasi 2, kebalikan dari variasi 1 siswa melakukan eksplorasi


kemudian latihan.  Variasi 3, siswa melakukan eksplorasi kemudian latihan dan selanjutnya


eksplorasi.


b) Tiga kegiatan dalam pembelajaran: pertanyaan, pencarian jawaban, dan latihan. Guru


melontarkan pertanyaan kepada seluruh siswa, siswa memikirkan/mencari jawaban,


kemudian siswa melakukan latihan untuk menguasai pengetahuan baru. Rangkaian ketiga


kegiatan ini perlu diulang sesering mungkin selama pembelajaran. Umumnya, siswa


menjawab serempak, bersama-sama, hal ini perlu dihindari karena kita tidak jelas siswa


mana yang menguasai dan siswa mana yang hanya ikut-ikutan bersuara. Oleh karena itu


perlu dipikirkan jenis pertanyaanya, dengan pertanyaan yang menantang,  Smengapa     


 S tapi berpikir terlebh dulu. bagaimana S    siswa tidak akan sepontan serempak menjawab


c) Ragam cara melaksanakan pembelajaran: ceramah, kegiatan individu, dan kegiatan


kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran, berbagai kombinasi dapat terjadi.



4

 
 


(1) Guru hanya mengajarkan isi buku dengan cara ceramah (sama sekali tidak disarankan)


Ceramah

(2) Siswa melakukan eksperimen atau mencari informasi (jenis ekplorasi yang mendorong


siswa breksplorasi mencari pengetahuan baru)


Ceramah Eksperimen atau pengumpulan informasi Diskusi Ceramah

(kegiatan kelompok) (Kegiatan kelompok)

(3) Siswa dengan berbagai cara memecahkan prtanyaan (pembelajaran jenis latihan)


Ceramah Kegiatan individu/Kegiatan kelompok Ceramah


(4) Siswa melakukan latihan


Ceramah Kegiatan Individu Penjelasan Kegiatan kelompok Kesimpulan

(ceramah) (ceramah)

 


(5) Siswa melakukan eksplorasi pada setengah pembelajaran pertama dan latihan pada


setengah pembelajaran kedua (siswa mencari rumus dan menggunakan rumus untuk


menjawab soal)


Ceramah Kegiatan individu/ Kesimpulan Ceramah Kegiatan Individu Kesimpulan

kegiatan kelompok (ceramah) (ceramah)

 


(6) Siswa menemukan suatu keteraturan kemudian menerapkannya (siswa mencoba


menemukan sendiri suatu keteraturan dari suatu contoh soal yang tidak asing bagi


mereka lalu melakukan eksplorasi lebih lanjut pada kegiatan kelompok kedua, dan


akhirnya siswa melakukan latihan dalam kelompok untuk memecahkan pertanyaan


serupa)


Kegiatan Ceramah Kegiatan Ceramah/Kegiatan Kegiatan

Kelompok Kelompok Individu Kelompok

 


d) Dari kongkrit ke abstrak, dari abstrak ke kongkrit. Selalu memulai dengan yang kongkrit


kemudian melangkah ke abstrak. Jangan memulai dengan hal yang abstrak dan terus dalam


kebastrakan.


e) Tiga kelompok siswa. Berdasarkan kemampuannya siswa dapat dikelompokkan menjadi 3


kelompok. Kelompok A: siswa cerdas yang dapat dengan mudah memahami suatu


pembelajaran, jumlahnya seditkit sekitar 10% di suatu kelas. Kelompok B: siswa yang


kemampuannya biasa-biasa saja dan membutuhkan sedikit waktu untuk memahami


pembelajaran, sekitar 60-70%. Kelompok C: siswa yang lambat, tidak mudah memahami


pembelajaran, sekitar 10-20%. Jangan hanya memperhatikan siswa yang cerdas saja di


kelompok A karena kelompok B dan C akan tertinggal. Kita harus mengkondisikan siswa


Kelompok C berkomunikasi dengan siswa Kelompok A dan B dengan mendorong siswa


Kelompok C bertanya kepada siswa di Kelompok A dan B untuk menjelaskan cara



5

 
memecahkan suatu persoalan. Jangan meminta siswa Kelompok A mengajari siswa


Kelompok C karena akan membuat siswa Kelompok C rendah hati.


f) Mengapa kegiatan kelompok? Ada 4 alasan: (1) bagi siswa yang lambat (Kelompok C) dapat


belajar lebih baik dengan bantuan siswa Kelompok A atau B karena siswa Kelompok C


sungkan bertanya kepada guru ketika mendapat kesulitan tapi umumnya tidak ragu


bertanya kepada temannya. Bagi siswa cerdas (Kelompok A) dapat memperdalam


pemahamannya dengan memberi penjelasan atas suatu konsep kepada siswa yang lambat


(Kelompok C). Siswa dapat menyelesaikan permasalahan dengan mendengarkan pemikiran


dan gagasan siswa lain. Para siswa dapat membangun persahabatan yang lebih baik.


g) Diskusi. Para siswa saling berkomunikasi aktif satu sama lain disebut diskusi. Akan tetapi,


diskusi tidak selalu aktif secara visual dan tidak selalu melibatkan banyak siswa. Berbagai


bentuk diskusi      Seorang siswa dengan tenang memikirkan sesuatu   SMengapa bisa


seperti  ini   Ini adalah bentuk diskusi      Siswa yang lambat belajarnya dengan diam-diam


meminta temannya menunjukkan cara memecahkan suatu perosoalan dan siswa yang


duduk disebelahnyapun memberi bantuan. Ini adalah bentuk lain diskusi. (3) Kita meminta


pendapat siswa dan seorang siswa mengungkapkan pendapatnya. Tanpa membenarkan


atau menyalahkan jawaban yang diberikan, kita meminta siswa-siswa lain menanggapi


pendapat temannya. Seorang siswa lain memberikan pendapatnya. Ini juga bentuk diskusi.


h) Apakah LKS diperlukan?  LKS tidak selalu diperlukan, apalagi LKS yang hanya mengisi titik-


titik tidak merangsang siswa berpikir. Kita dapat menggunakan latihan soal yang ada di


buku paket. Kalau mau, LKS menyertakan pertanyaan dan tugas yang membuat siswa


berpikirMengapaSelanjutnya berapa jumlah LKS harus diberikan    atau  S  SBagaimana  


kepada tiap kelompok. Pengalaman, ketika diberi satu LKS per kelompok, siswa cerdas saja


yang menguasai LKS sementara siswa lain tidak bekerja. Ketika diberi satu LKS per siswa,


siswa tidak berdiskusi tapi bekerja sendiri-sendiri. Oleh karena itu, bergantung pada tujuan   


pembelajaran. Bila kita mengharapkan siswa bekerjasama atau berkolaborasi maka cukup 1


LKS yang menantang per kelompok. Bila kita mengharapkan siswa melakukan latihan maka


setiap siswa harus mendapat LKS. 


5. Merancang pembelajaran. Rancangan pembelajaran atau skenarrio yang dituangkan dalam


format RPP yang berlaku.  Walaupun kita sudah membuat RPP, namun pelaksanaan di kelas bisa


berubah bergantung situasi kelas dan kita harus melakukan adaptasi, yang lebih penting siswa


memahami persoalan yang dibahas. Dari rancangan pembelajaran tersebut, dua hal yang harus


selalu dalam ingatan kita yaitu tujuan pembelajaran dan prediksi reaksi siswa. Kalau tujuan


pembelajaran jelas maka kita tidak akan tersesat selama pembelajaran. Dengan memikirkan


antisipasi terhadap reaksi siswa, kita dapat merespon reaksi siswa dengan lebih baik. 










6

 
 


Gambar 3. Suasana akrab tahap Perencanaan kegiatan Lesson Study


6. Siapa menjadi guru model dan di sekolah mana? Selanjutnya rencanakan open lesson untuk


mengimplementasikan rancangan pembelajaran. Open lesson dilaksanakan di sekolah tempat


guru model mengajar pada kelasnya sehingga tidak masalah beradaptasi. Diharapkan semua


guru mendapat giliran menjadi guru model. Bagi guru model jangan khawatir. Perlu diingat,


pebelajaran pada saat open lesson bukan  Spertunjukan mengajar  yang harus nampak


sempurna. Dengan open lesson justru kita akan melakukan perbaikan pembelajaran. Observer di


dalam kelas bukan untuk mengevaluasi guru mengajar tapi untuk memperoleh inspirasi yang


dapat diterapkan pada kelas kita melalui pengumpulan data tentang aktivitas siswa belajar


(siswa mana yang belajar dan mengapa dia belajar?, siswa mana yang tidak belajar dan


mengapa?) Guru model mempersiapkan denah tempat duduk siswa untuk menjadi acuan bagi


observer. Gambaran kegiatan perencanaan pembelajaran (tahap Perencanaan) diperlihatkan


dalam gambar 3.


Tahapan kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Implementasi) pembelajaran untuk


mengujicoba rancangan pembelajaran yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan pada kelas


nyata (tidak memilih siswa-siswa pandai dari beberapa kelas paralel supaya pembelajaran nampak


bagus). Sebelumnya, dalam perencanaan telah disepakati siapa guru model yang akan


mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Tahapan ini bertujuan


untuk mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang dan ditindaklanjuti dengan


melakukan perbaikan pembelajaran di kelas masing-masing. Guru-guru lain dari sekolah yang


bersangkutan atau dari sekolah lain, kepala sekolah, pengawas bertindak sebagai pengamat (observer)


pembelajaran. Begitu pun dosen-dosen, mahasiswa, atau komite sekolah dapat melakukan pengamatan


dalam pembelajaran tersebut. 


Kepala sekolah (minimal kepala sekolah tuan rumah) terlibat dalam pengamatan pembelajaran dan akan


lebih baik apabila kepala sekolah memandu kegiatan ini. Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya


dilakukan briefieng kepada para pengamat dengan agenda berikut:


1. Guru model menginformasikan rencana pembelajaran secara singkat, topik? Kelas?


Tujuan/target pembelajaran? Rencana skenario pembelajaran? 



7

 
2.
Mengingatkan sikap observer selama pembelajaran berlangsung,  pengamat tidak mengganggu


kegiatan pembelajaran, tidak ngobrol sesama pengamat, tidak keluar masuk kelas,


mengkondisikan HP tidak berbunyi, tidak menghalangi pandangan siswa. Pengamat berdiri


(kecuali yang sakit) di sebelah kiri, sebelah kanan, dan di belakang dalam ruangan kelas. 


3. Observer mengamati dan mencatat (pada buku khusus observasi Lesson Study) aktivitas siswa


selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan pada tiga hal berikut: (1) apakah siswa


belajar dan bagaimana prosesnya?, (2) adakah siswa yang tidak belajar dan mengapa tidak


belajar?, (3) bagaimana usaha guru memotivasi siswa yang tidak belajar? 


4. Denah tempat duduk siswa perlu dimiliki oleh para pengamat sebelum pembelajaran dimulai


agar dapat mengamati siapa yang belajar dan siapa yang tidak belajar. Para pengamat


dipersilahkan mengambil tempat di ruang kelas yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas


siswa. Biasanya para pengamat berdiri di sisi kiri dan kanan di dalam ruang kelas agar aktivitas


siswa teramati dengan baik. Ketika siswa sedang diskusi kelompok pengamat dapat mendekati


siswa untuk mendengar pembicaraan dalam diskusi dan segera kepinggir ketika guru


menginterupsi untuk memberi penjelasan sehingga pendangan siswa tidak terhalangi.


5. Selama pembelajaran berlangsung para pengamat dapat melakukan perekaman kegiatan


pembelajaran melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan


studi lebih lanjut dengan catatan cameramen atau lampu camera tidak menganggu atau


mengahalangi aktivitas siswa. 


6. Keberadaan para pengamat di dalam ruang kelas disamping mengumpulkan informasi juga


dimaksudkan untuk belajar dan memperoleh inspirasi dari pembelajaran yang sedang


berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi guru.  Gambar 4 memperlihatkan suasana


pembelajaran dalam rangka Lesson Study (open lesson).


 













 


Gambar 4. Suasana open lesson. Guru model memberikan bantuan kepada siswa sementara observer


mengamati dan mencatat aktivitas siswa


Peran guru model dalam open lesson adalah memfasilitasi siswa agar terlibat dalam belajar. Siswa diajak


berpikir dan bertukar pendapat dengan temannya. Beberapa tip untuk guru model (disarikan dari Buku


Petunjuk Guru untuk Pembelajaran lebih Baik oleh JICA Experts, Program SISTTEMS):



8

 
1.
Membuat setiap siswa memahami materi pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru harus selalu


mengingat hal-hal berikut: (a) Apa yang saya harapkan untuk dipahami siswa? (b) Apakah semua


siswa dapat memahami materi? Jika tidak, mengapa dan bagian mana yang sulit dipahami


siswa?  (c) Apa yang harus saya lakukan untuk membantu siswa yang mendapat kesulitan? (d)


Apakah para siswa saling mendengarkan satu sama lain? Guru harus dapat membuat keputusan


cepat tentang apa yang harus dilakukan berikutnya berdasarkan kondisi dan reaksi siswa.


2. Tetap menarik perhatian siswa. Tetaplah menarik perhatian siswa dengan cara: (a) membuat


pengantar pembelajaran yang atraktif, (b) menggunakan material, topik, atau kegiatan yang


kongkrit, (c) melakukan penyesuaian waktu, dan (d) meminta siswa yang mulai kehilangan


konsentrasi memperhatikan kembali pembelajaran. 


3. Jangan bicara terlalu banyak. Apabila guru terus-menerus berbicara selama satu jam, siswa


tentu akan merasa bosan. Guru mengurangi porsi bicaranya seminimal mungkin. Sebaliknya,


seorang guru harus mampu mendengar bisikan-bisikan saya tidak  para siswa sekalipun   SHmm


mengerti SOh  saya bisa     S     SIni susah      S  SMengapa begini    SSaya coba deh  tapi         SOh 


jadi   saya bisa pakai  rumusyang kemaren Guru    harus  S Bermulutkecil bertelinga  besar  


4. Berikan penjelasan yang diperlukan.  S banyak    beberapa guru menyalah Jangan bicara terlalu


artikan, akibatnya guru tidak memberikan penjelasan kepada siswa. Ini salah. Guru harus


memberikan penjelasan yang memadai tentang: (a) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam


suatu eksperimen atau kegiatan kelompok, (b) mengapa suatu jawaban itu salah?


5. Gunakan papan tulis dengan baik. Manfaatkan papan tulis dengan optimal: (a) menuliskan


dengan huruf besar dan jelas, (b) pikirkan baik-baik apa yang akan ditulis/digambar pada papan


tulis dan dimana harus menulis/menggambarnya, (c) berikan kepada siswa waktu yang cukup


untuk menyalin di papan tulis.


6. Bagaimana mengatur meja siswa. Tiga jenis seting meja dan kursi: (a) seting konvensional, (b)


seting huruf U, dan (c) seting kelompok.

















 


 



9

 
Masing-masing seting memiliki kelebihan dan kekurangan:


Jenis seting Kelebihan Kekurangan

Seting  Siswa dapat dengan mudah melihat  Guru agak sulit memantau siswa

Konvensional tulisan pada papan tulis yang duduk di belakang


 Siswa mudah berganti posisi ke seting

kelopok dengan memutar kursi siswa

yang duduk di barisan depan

Seting huruf  Guru dapat memantau secara mudah  Siswa yang duduk di barisan

U aktivitas siswa beserta ekspresi wajah samping agak sulit melihat tulisan

siswa walau siswa yang duduk di baris pada papan tulis

belakang

 Siswa mudah berganti posisi ke seting

kelopok dengan memutar kursi siswa

yang duduk di barisan depan

 

Seting  Siswa dengan mudah dapat berdiskusi  Beberapa siswa kesulitan melihat

kelompok dengan siswa lain tulisan pada papan tulis


 Guru kesulitan memantau

aktivitas semua siswa


 


Jika siswa dapat dengan mudah memindahkan meja maka guru dapat mengubah seting meja


beberap kali selama pembelajaran berdasarkan topik atau isi pembelajaran. Bila seting huruf U


dipandang lebih efektif maka pada pembelajaran biasanyapun (sehari-hari) dapat menggunakan


seting huruf U untuk semua mata pelajaran. Untuk keperluan open lesson, perlu disediakan tempat


untuk berdiri observer pada sisi kiri, kanan, dan belakang di dalam kelas.


 


7. Mendeteksi siswa yang mengalami kesulitan. Di setiap kelas selalu ada siswa yang lambat


memahami pembelajaran. Salah satu tugas guru adalah mendeteksi siswa yang mengalami


kesulitan. Hal ini dapat dilihat melalui ekspresi wajah dan tubuh serta pergerakan mata siswa.


Contoh kejadian yang sering ditemukan, antara lain: 


Siswa hanya menyalin catatan siswa lain


Siswa mencoba menyembunyikan catatan mereka dari guru


Siswa hanya menonton siswa lain yang sedang beraktivitas di kelompoknya


Siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan kelompok tetapi tidak dapat menyimpulkan hasil


kegiatan atau tidak mengisi LKS


Siswa mendengarkan guru dengan pikiran kosong


Siswa semacam ini membutuhkan perhatian guru. Kelas yang ideal adalah kelas dimana


siswanya secara lugas dapat berkata  S Sayatidak mengerti mohon  dijelaskan   


8. Bagaimana membantu siswa yang mengalami kesulitan. Ketika siswa mengalami kesulitan,


jangan mencoba mengajar siswa tersebut secara individu tetapi mintalah siswa lain



10

 
membantunya. Inilah pentingnya kerja kelompok. Langkah yang bisa diambil adalah: (a) Minta


siswa melakukan kegiatan kelompok. (b) Mendekati siswa yang mengalami kesulitan dan


bertanya,  S   Guru harus mendengarkan dengan cermat dan Bagian  mana yang tidak dipahami


mengetahui secara tepat bagian yang tidak dipahami. (c) Katakan kepada siswa tersebut,


 SBertanyalah kepada teman kamu di kelompokmu atau di kelompok lain   Guru menyaksikan


komunikasi yang terjadi.  


9. Bagaimana memperhatikan siswa yang pandai. Guru tidak perlu memberi perhatian khusus


kepada siswa pandai karena mereka bisa memahami pembelajaran tanpa banyak bantuan guru,


yang penting menjaga motivasi siswa-siswa pandai. Berikan tugas yang menantang dan biarkan


berpikir. Biarkan mereka membantu siswa yang lambat dalam kelompoknya.


10. Kapan memulai dan menghentikan kegiatan kelompok. Salah satu alasan mengapa kegiatan


kelompok tidak berjalan efektif karena guru sering kali tidak tahu kapan memulai atau


menghentikan kegiatan kelompok pada waktu yang tepat. Kegiatan kelopok dapat dimulai


ketika: (a) siswa diberi tugas untuk dikerjakan dan (b) siswa diharapkan dapat berpikir,


berbicara, dan belajar bersama-sama. Menurut pengalaman, jumlah siswa per kelompok


biasanya antara 3   4 orang (kalau mungkin 2 putra dan 2 putri) dengan duduk selang-seling.


Kegiatan kelompok harus dihentikan pada saat: (a) hampir semua kelompok telah


menyelesaikan tugas atau pekerjaan mereka, tidak perlu menunggu semua kelompok selesai


dan (b) banyak kelompok yang mendapat kesulitan dan guru harus memberi penjelasan. Selalu


ada kelompok siswa pandai selesai lebih dulu maka guru harus memberi tugas tambahan


dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi untuk mencegah siswa pandai mengalami kebosanan.


Guru harus mempersiapkan tugas tambahan ini saat merancang pembelajaran. 


11. Bagaimana merancang presentasi siswa. Umumnya ketika kegiatan kelompok selesai, guru


cenderung meminta semua kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka tanpa


mempertimbangkan waktu dan perhatian siswa lain. Dari pengalaman, banyak presentasi siswa


berjalan tidak efektif dan hanya membuang-buang waktu. Petunjuk dasar tentang presentasi: (a)


Jika jenis pembelajaran berbentuk latihan maka presentasi siswa tidaklah diperlukan, cukup


dengan membacakan jawaban dan membetulkan kesalahan siswa. (b) Jika jenis pembelajaran


berbentuk eksplorasi maka presentasi siswa harus dilakukan. Untuk menghargai pekerjaan


mereka, semua kelompok mengumpulkan hasil pekerjaan mereka. Guru harus memeriksa


terlebih dulu beragam jawaban dan hanya meminta beberapa kelompok mempresentasikan


hasil pekerjaan mereka, hasil yang salah dan yang benar. Ketika seorang mempresentasikan


hasil, siswa lain harus memperhatikan dan setelah presentasi oleh satu kelompok dilanjutkan


dengan diskusi, siswa lain harus memberi tanggapan dan kondisikan agar terjadi diskusi diantara


siswa. Presentasi dapat dilakukan di tengah-tengah pelaksanaan kegiatan kelompok.


12. Berterima kasih kepada siswa yang melakukan kesalahan. Guru harus menghargai dan berterima


kasih kepada siswa yang melakukan kesalahan. Kesalahan siswa menunjukkan bahwa


pembelajaran masih harus ditingkatkan. Belajarlah dari kesalahan mereka untuk meningkatkan


mutu pembelajaran. Ketika siswa melakukan kesalahan, banyak guru berpikir bahwa siswa


kurang cerdas, siswa tidak belajar sebelumnya, siswa tidak siap belajar. Siswa membuat


kesalahan karena guru tidak membelajarkan siswa dengan baik dan tidak dapat membuat siswa


memahami suatu konsep. Media, LKS, eksperimen, atau kegiatan kelompok tidak memberikan


11

 
kontribusi terhadap pembelajaran siswa. Memarahi siswa yang membuat kesalahan sangatlah


tidak baik karena: siswa akan kehilangan kemauan untuk belajar, siswa akan sering diam di


kelas, dan guru tidak bertanggung jawab dengan melemparkan kesalahan kepada para siswa.


Ketika siswa membuat kesalahan, guru harus dapat mengetahui alasan kesalahan tersebut dan


membetulkannya. Jangan pernah membiarkan suatu kesalahan tanpa terkoreksi.


13. Minta siswa mencatat. Terkadang siswa perlu mempelajari kembali apa yang didapat di kelas


untuk dapat memahami dengan baik. Mencatat merupakan bagian penting dari pembelajaran.


Mintalah siswa mencatat. 


14. Menggunakan waktu dengan efisien. Di SMP di Indonesia, umumnya satu pembelajaran


memakan waktu 80 menit (40 menit x 2 jam pelajaran). Pola pembelajaran yang umum


dilakukan guru adalah 20 menit pendahuluan, 40 menit kegiatan kelompok,  dan 20 menit


presentasi. Jika guru mengikuti pola ini secara kaku tanpa diiringi variasi metoda pembelajaran


maka guru hanya akan membuang-buang waktu selama pembelajaran. Bagaimana menghindari


hal ini? 


Pendahuluan


Pendahuluan tidak perlu memakan waktu 20 menit. Pendahuluan sebaiknya singkat dan tidak


bertele-tele. Setelah berhasil menarik perhatian siswa, guru harus melangkah ke bagian


pembelajaran selanjutnya tanpa membuang terlalu banyak waktu.


Kegiatan kelompok


Kegiatan kelompok tidak boleh dilakukan terburu-buru. Seandainya LKS terdiri dari dua tugas,


guru tidak boleh meminta siswa mengerjakan keduanya sekaligus tapi mengerjakan satu per


satu. Ketika tugas pertama selesai, guru sebaiknya meminta siswa mengubah posisi duduk ke


posisi ceramah. Setelah mendiskusikan hasil dan memberian penjelasan, guru meminta siswa


kembali ke posisi kelompok, dan mulai tugas kedua. Ketika menemukan siswa mengalami


kesulitan dengan tugasnya, guru harus melakukan intervensi dan meminta siswa menghentikan


pekerjaan dan kembali ke formasi ceramah untuk klarifikasi tugas yang diberikan. Jangan pernah


menugaskan siswa mengerjakan sesuatu ketika mereka masih bingung karena hanya akan


membuang waktu percuma. Jika siswa bekerja lebih cepat dari yang diduga, guru harus


menghentikn kegiatan, jangan membiarkan waktu terbuang percuma.


Presentasi


Sangatlah membuang waktu jika guru meminta semua kelompok melakukan presentasi, dan


semua melakukan presentasi yang sama. Untuk menghindari masalah ini, guru bisa saja


menugaskan hanya satu kelompok untuk melakukan presentasi, lalu minta semua


mendiskusikan apa yang telah dipresentasikan. Cara lain adalah meminta tiap kelompok


menuliskan atau menggambarkan hasil kegiatan mereka pada kertas dan menempelkannya di


papan tulis. Guru cukup meminta beberapa perwakilan kelompok yang hasil pekerjaannya


menarik untuk didiskusikan. Komentar JICA expert: banyak guru Indonesia mengeluh kekurangan


waktu untuk memenuhi tuntutan kurikulum. Akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah mereka


tidak dapat menggunakan waktu pembelajaran secara efektif dan efisien.



12

 
 


Tahapan ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi. Setelah selesai pembelajaran langsung


dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau fasilitator MGMP


untuk membahas pembelajaran. Seting tempat duduk dikondisikan sedekimian rupa sehingga semua


peserta refleksi dapat saling berintraksi dengan mudah, misal seting tempat duduk yang melingkar


seperti pada gambar 4.5. Guru model mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam


melaksanakan pembelajaran, sejauh mana harapannya tercapai. Selanjutnya pengamat diminta


menyampaikan komentar berdasarkan fakta (mendahulukan fakta dar pada opini) yang diperoleh dari


pengamatan untuk menjawab pertanyaan (1) apakah siswa belajar dan bagaimana prosesnya?, (2)


adakah siswa yang tidak belajar dan mengapa tidak belajar?, (3) bagaimana usaha guru memotivasi


siswa yang tidak belajar? 


Pemandu mengangkat isu yang perlu didiskusikan dan meminta pendapat pengamat lain untuk


menanggapinya. Pemandu tidak perlu menyimpulkan pendapat-pendapat para pengamat, biarkan saja


sebagai alternatif solusi untuk perbaikan pembelajaran. 


Tentunya, kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran.


Sebaliknya, guru harus dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran


berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya dan


pengamat menerapkan perbaikan pembelajaran di kelas masing-masing, kemudian hasil implementasi di


masing-masing kelas di-share dengan teman pada pertemuan berikutnya. Misal, Pa Dadang melakukan


open lesson pada kelas 7A, setelah mendapat masukkan, Pa Dadang menerapkan hasil refleksi tersebut


pada kelas 7B. Observer yang mengajar kelas 7 menerapkan juga masukan efleksi pada kelas masing-


masing. Kemudian hasil penerapan pada kelas biasa dibahas pada pertemuan berikutnya. Semua kelas


paralel herus memperoleh inovasi pembelajaran. Dengan demikian semua siswa di sekolah sasaran di


wilayah MGMP memperoleh dampak dari inovasi pembelajaran. Suasana diskusi pasca pembelajaran


(tahap refleksi) diperlihatkan dalam gambar 5.


Pelatihan melalui Lesson Study harus dilakukan secara berkelanjutan agar berdampak terhadap mutu


pembelajaran. Untuk menjamin keberlanjutan pelatihan guru melalui model Lesson Study maka


diperlukan keterlibatan kepala sekolah, pengawas, dinas pendidikan, dan komite sekolah. Pelatihan guru


melalui Lesson Study dilaksanakan secara kolaboratif dan mutual learning. Hal ini dimaksudkan untuk


memperoleh practical knowledge maupun the wisdom of practice yang muncul selama kegitan Lesson


Study. Keberadaan nara sumber bukan untuk menceramahi peserta tetapi lebih sebagai fasilitator untuk


memfasiltasi agar terjadi sharing pendapat dan pengalaman diantara peserta sehingga komunitas


belajar terbangun sebagai forum pengembangan diri. 
 


 
 Dosen pendamping harus memberikan komentar terhadap kegiatan open lesson sebelum keg


refleksi diakhiri. Komentar dosen pendamping meliputi aspek materi ajar, pembelajaran, dan Lesson


Study. Bagian mana yang sudah bagus untuk dipertahankan dan bagian mana yang perlu perbaikan serta


solusi alternatifnya. Kemudian guru yang membuka kelas dan observer melakukan perbaikan


pembelajaran sehari-hari pada kelas masing-masing. Kepala sekolah dan pengawas melakukan


pemantauan terhadap hasil kegiatan Lesson Study, apakah terjadi perubahan pada pembelajaran sehari-


hari. Kecenderungan kita membuat persiapan yang maksimal untuk diobservasi saat open lesson karena


ingin memperlihatkan yang terbaik sementara pada pembelajaran sehari-hari persiapan biasa-biasa saja


atau tanpa persiapan. Kalau demikian Lesson Study dianggap sebagai pertunjukkan mengajar dan hal ini


tidak diharapkan dalam Lesson Study. Yang diharapkan dalam Lesson Study adalah terjadinya


peningkatan sedikit demi sedikit secara terus menerus pada pembelajaran sehari-hari. Lesson Study


harus berdampak terhadap kinerja pembelajaran sehari-hari (Gambar 6).














 


 



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar