Bagi yang belum
mengenal, mungkin Lesson Study disamakan
dengan metode atau pendekatan
pembelajaran. Padahal Lesson Study
bukan metode pembelajaran, juga bukan pendekatan
pembelajaran. Sebenarnya, Lesson Study adalah suatu strategi untuk
meningkatkan mutu pembelajaran
berbasis sekolah melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif
dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning. Oleh karena tugas guru
adalah membelajarkan siswa
maka Lesson
Study di negeri asalnya, Jepang, merupakan model pembinaan (pelatihan) guru
berkelanjutan secara konsisten sejak seabad
lalu. Keampuhan Lesson Study dalam
meningkatkan mutu
pembelajaran yang berdampak terhadap mutu SDM
Jepang yang diakui di seluruh dunia dan sekarang
Lesson Study dikembangkan dimana-mana termasuk di
Amerika Serikat. Kita baru beberapa tahun saja
belajar dari Jepang melalui JICA experts dan
beberapa dosen yang berkesempatan menyaksikan
langsung kegiatan Lesson Study di Jepang. Jadi kita harus bersabar untuk merasakan
hasilnya. Sebagian
orang juga bertanya, apa bedanya dengan PTK
(Penelitian Tindakan Kelas)? Jawabya adalah Lesson
Studylebih luas dari PTK. Pada dasarnya Lesson Study adalah penelitian pembelajaran, mengkaji
pembelajaran
dengan memberi tindakan agar pembelajaran
menjadi lebih baik. Melalui Lesson Study,
guru dapat
melakukan kajian pembelajaran terhadap suatu
kelas dengan topik berbeda (Penelitian Tindakan Kelas)
dan melakukan kajian pembelajaran pada beberapa
kelas paralel untuk topik yang sama (Peneltian Tindakan).
APA LESSON STUDY?
Lesson Study di Indonsia dapat diartikan sebagai model pembinaan (pelatihan) profesi
pendidik
berbasis sekolah melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Apabila kita
cermati definisi Lesson Study maka kita menemukan
7 kata kunci yaitu pembinaan profesi, pengkajian
pembelajaran, kolaboratif, berkelanjutan,
kolegialitas, mutual learning, dan komunitas belajar. Less Study bertujuan untuk melakukan pembinaan profesi
pendidik secara berkelanjutan agar terjadi
peningkatan profesionalitas pendidik terus
menerus yang tercermin dari peningkatan mutu
pembelajaran. Kalau tidak dilakukan pembinaan
terus menerus maka profesionalitas guru dapat
menurun dengan bertambahnya waktu. Bagaimana
membinanya, yaitu melalui pengkajian
pembelajaran secara terus menerus dan
berkolaborasi. Pengkajian pembelajaran harus dilakukan secara
terus menerus karena beberapa alasan antara
lain: (1) tidak ada pembelajaran yang sempurna, selalu
ada celah untuk memperbaikinya, (2) setiap siswa
memiliki hak belajar, (3) pembelajaran harus
memperhatikan keseimbangan antara peningkatan kemampuan
berpikir dan peningkatan sikap, (4)
pembelajaran harus berpusat pada siswa.
Membangun komunitas belajar adalah membangun budaya
yang memfasilitasi anggotanya untuk saling
belajar, saling koreksi, saling menghargai, saling bantu,
saling menahan ego. Membangun budaya tidak
sebentar, memerlukan waktu lama. Berapa lama waktu
untuk membangun budaya komunitas belajar
tidak ada batasnya. Pengkajian pembelajaran
dimaksudkan untuk diperlukan mencari solusi
terhadap permasalahan pembelajaran agar terjadi peningkatan mutu pembelajaran terus menerus. Objek kajian
pembelajaran dapat meliputi, antara lain, materi ajar,
metode/strategi/pendekatan pembelajaran, LKS
(Lembar Kerja Siswa), media pembelajaran, seting
kelas, dan asesmen. Mengapa pengkajian
pembelajaran dilakukan secara berkolaborasi? Karena lebih
banyak masukan perbaikan akan meningkatkan mutu
pembelajaran itu sendiri. Menurut sendiri rasanya
persiapan pembelajaran sudah bagus dan ketika
mendapat masukan dari orang lain bisa meningkatkan
mutu persiapan pembelajaran.
Prinsip kolegialitas dan mutual learning (saling belajar) diterapkan dalam berkolaborasi ketika
melaksanakan kegiatan Lesson Study. Dengan kata lain, peserta kegiatan Lesson Study tidak
boleh
merasa superior
(merasa paling pintar) atau imperior (merasa rendah diri) tetapi semua peserta
kegiatan
Lesson Study harus diniatkan untuk saling belajar.
Peserta yang sudah paham atau memiliki ilmu lebih
harus mau berbagi dengan peserta yang belum
paham, sebaliknya peserta yang belum paham harus
mau bertanya kepada peserta yang sudah paham.
Keberadaan nara sumber dalam forum Lesson
Study
harus bertindak sebagai fasilitator, bukan
instruktur. Fasilitator harus dapat memotivasi peserta
mengembangkan potensi yang dimiliki para peserta
agar para peserta dapat maju bersama.
Pengkajian pembelajaran dilaksanakan dalam tiga
tahapan, seperti diperlihatkan dalam Gambar 1.
IMPLEMENTASI
PERENCANAANSeorang guru
Berkolaborasi mengajar yang lain
menrencanakan mengobservasi,
pembelajaran mengumpulkan
berpusat pada siswadata tentang
aktivitas siswa
REFLEKSI
Mendiskusikan
temuan tentang
aktivitas siwa
belajar &
indaklanjut
t
Gambar 1. Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study
Kalau pelatihan konvensional bersifat top-down, artinya materi pelatihan sudah
disiapkan dan diberikan
oleh instruktur, sebaliknya pelatihan melalui Lesson Study bersifat bottom-up karena
materi pelatihan
berbasis permasalahan yang dihadapi para guru di
sekolah, kemudian dikaji secara kolaboratif dan
berkelanjutan. Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu tahapan pertama
adalah
perencanaan (secara kolaborasi mencari solusi inovatif
atas permasalahan dalam pembelajaran untuk
mengaktifkan siswa), tahapan kedua adalah implementasi (ujicoba inovatif pembelajaran
pada kelas
nyata, seorang guru mengajar dan guru lain
mengobservasi/mencatat aktivitas siswa), dan tahapan
ketiga adalah refleksi (membahas temuan tentang aktivitas siswa dan merancang tindak
lanjut) yang
berkelanjutan. Dengan kata lain Lesson Study merupakan suatu cara
peningkatan mutu pendidikan yang
tak pernah berakhir.
2
Secara ringkas, gambaran umum dan tujuan utama Lesson Study serta hubungannya dengan empat
kompetensi guru yang diharapkan UU No 14 Tahun
2005 tentang guru dan dosen, diperlihatkan dalam
Gambar 2.
Gambar 2. Gambaran umum dan Tujuan utama lesson study serta hubungannya dengan
kompetensi guru
BAGAIMANA PELAKSANAAN LESSON STUDY?
Berikut adalah paparan ringkas mengenai tahapan
pelaksanaan Lesson Study.
Tahap Pertama. Kegiatan Lesson Study dimulai dari tahap perencanaan yang bertujuan untuk
merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan
siswa agar pembelajaran berpusat pada siswa,
bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dan
berpikir dalam proses pembelajaran. Beberapa guru
dapat berkolaborasi atau guru-guru dan dosen
dapat pula berkolaborasi untuk memperkaya ide-ide
dalam membuat perencanaan yang lebih baik.
Berikut adalah beberapa tip untuk merencanakan
pembelajaran.
1. Merumuskan tujuan jangka panjang. Sebelum memulai
kegiatan Lesson Study sebaiknya
direnungkan goal
yang ingin dicapai dalam 3 tahun kedepan. Mengapa harus mengakaji
3
pembelajaran? Mutu pembelajaran yang diharapkan? Mutu output (pengetahuan,
keterampilan, kesadaran belajar, dan sikap) yang
diharapkan?
2. Pemilihan topik kajian. Topik yang akan dikaji dalam
satu semester dipilih berdasarkan
kurikulum yang berlaku, topik yang tersedia dan
sulit serta mewakili kelas, misal satu topik dari
masing-masing kelas (kelas 7, 8, dan 9 untuk
SMP/MTs atau kelas 10, 11, 12 untuk SMA/MA).
3. Analisis permasalahan. Diskusikan permasalahan yang
dihadapi dalam membelajarkan topik
tersebut berdasarkan pengamalan sebelumnya.
Permasalahan dapat berupa materi bidang
studi, misal miskonsepsi yang sering terjadi.
Permasalahan dapat juga berhubungan dengan (1)
pedagogi, yaitu bagaimana mengembangkan metode
pembelajaran yang tepat agar
pembelajaran lebih efektif dan efisien; dan (2)
permasalahan fasilitas, yaitu bagaimana
mensiasati kekurangan fasilitas
pembelajaran.
4. Merumuskan solusi. Selanjutnya para guru bersama-sama
mencari solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi. Kalau sering terjadi miskonsepsi, diskusikan konsep yang
sebenarnya. Kalau diantara yang hadir tidak
meyakinkan konsep yang sebenarnya maka
manfaatkanlah fasilitas internet untuk
mencari informasi berkenaan dengan
konsep yang
sedang dibahas. Bila kita sudah memahami konsep
tersebut, kemudian fikirkan bagaimana
mengemasnya melalui media yang tepat sehingga
siswa tertarik dan tertantang untuk terlibat
dalam belajar dalam artian siswa harus
difasilitasi untuk berpikir. Selanjutnya, pikirkan pula
strategi atau cara menyampaikannya sehingga
siswa dapat memahami konsep tersebut. Lesson
Study tidak membatasi suatu metoda atau strategi dan
mungkin menerapkan beberapa metoda
pembelajaran, yang penting siswa terlibat dalam
belajar, siswa diajak berpikir. Beberapa prinsip
pembelajaran berikut dapat menjadi acuan dalam
perencanaan dan implementasi pembelajaran
(disarikan dari Buku Petunjuk Guru untuk
Pembelajaran lebih Baik oleh JICA Experts, Program
SISTTEMS).
a) Dua jenis pembelajaran, jenis latihan dan eksplorasi.
Jenis pertama, siswa menguasai
pelajaran melalui serangkaian latihan. Sementara
jenis kedua, siswa memahami suatu
konsep melalui eksperimen atau proses berpikir
dan akhirnya menemukan konsep. Kedua
jenis pembelajaran bisa digabung dengan berbagai
variasi. Variasi 1, siswa melakukan
latihan kemudian eksplorasi. Variasi 2,
kebalikan dari variasi 1 siswa melakukan eksplorasi
kemudian latihan. Variasi 3, siswa melakukan eksplorasi
kemudian latihan dan selanjutnya
eksplorasi.
b) Tiga kegiatan dalam pembelajaran: pertanyaan,
pencarian jawaban, dan latihan. Guru
melontarkan pertanyaan kepada seluruh siswa,
siswa memikirkan/mencari jawaban,
kemudian siswa melakukan latihan untuk menguasai
pengetahuan baru. Rangkaian ketiga
kegiatan ini perlu diulang sesering mungkin
selama pembelajaran. Umumnya, siswa
menjawab serempak, bersama-sama, hal ini perlu
dihindari karena kita tidak jelas siswa
mana yang menguasai dan siswa mana yang hanya
ikut-ikutan bersuara. Oleh karena itu
perlu dipikirkan jenis pertanyaanya, dengan
pertanyaan yang menantang, Smengapa
S tapi
berpikir terlebh dulu. bagaimana S
siswa tidak akan sepontan serempak menjawab
c) Ragam cara melaksanakan pembelajaran: ceramah,
kegiatan individu, dan kegiatan
kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran,
berbagai kombinasi dapat terjadi.
4
(1) Guru hanya mengajarkan isi buku dengan cara ceramah
(sama sekali tidak disarankan)
Ceramah
(2) Siswa melakukan eksperimen atau mencari informasi
(jenis ekplorasi yang mendorong
siswa breksplorasi mencari pengetahuan baru)
Ceramah Eksperimen atau pengumpulan informasi
Diskusi Ceramah
(kegiatan kelompok) (Kegiatan kelompok)
(3) Siswa dengan berbagai cara memecahkan prtanyaan
(pembelajaran jenis latihan)
Ceramah Kegiatan individu/Kegiatan kelompok
Ceramah
(4) Siswa melakukan latihan
Ceramah Kegiatan Individu Penjelasan Kegiatan
kelompok Kesimpulan
(ceramah) (ceramah)
(5) Siswa melakukan eksplorasi pada setengah pembelajaran
pertama dan latihan pada
setengah pembelajaran kedua (siswa mencari rumus
dan menggunakan rumus untuk
menjawab soal)
Ceramah Kegiatan
individu/ Kesimpulan Ceramah Kegiatan Individu Kesimpulan
kegiatan kelompok (ceramah) (ceramah)
(6) Siswa menemukan suatu keteraturan kemudian
menerapkannya (siswa mencoba
menemukan sendiri suatu keteraturan dari suatu
contoh soal yang tidak asing bagi
mereka lalu melakukan eksplorasi lebih lanjut
pada kegiatan kelompok kedua, dan
akhirnya siswa melakukan latihan dalam kelompok
untuk memecahkan pertanyaan
serupa)
Kegiatan Ceramah Kegiatan Ceramah/Kegiatan
Kegiatan
Kelompok Kelompok Individu Kelompok
d) Dari kongkrit ke abstrak, dari abstrak ke kongkrit.
Selalu memulai dengan yang kongkrit
kemudian melangkah ke abstrak. Jangan memulai
dengan hal yang abstrak dan terus dalam
kebastrakan.
e) Tiga kelompok siswa. Berdasarkan kemampuannya siswa
dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok. Kelompok A: siswa cerdas yang dapat
dengan mudah memahami suatu
pembelajaran, jumlahnya seditkit sekitar 10% di suatu
kelas. Kelompok B: siswa yang
kemampuannya biasa-biasa saja dan membutuhkan
sedikit waktu untuk memahami
pembelajaran, sekitar 60-70%. Kelompok C: siswa
yang lambat, tidak mudah memahami
pembelajaran, sekitar 10-20%. Jangan hanya
memperhatikan siswa yang cerdas saja di
kelompok A karena kelompok B dan C akan
tertinggal. Kita harus mengkondisikan siswa
Kelompok C berkomunikasi dengan siswa Kelompok A
dan B dengan mendorong siswa
Kelompok C bertanya kepada siswa di Kelompok A
dan B untuk menjelaskan cara
5
memecahkan suatu persoalan. Jangan meminta siswa Kelompok A mengajari siswa
Kelompok C karena akan membuat siswa Kelompok C
rendah hati.
f) Mengapa kegiatan kelompok? Ada 4 alasan: (1) bagi
siswa yang lambat (Kelompok C) dapat
belajar lebih baik dengan bantuan siswa Kelompok
A atau B karena siswa Kelompok C
sungkan bertanya kepada guru ketika mendapat
kesulitan tapi umumnya tidak ragu
bertanya kepada temannya. Bagi siswa cerdas
(Kelompok A) dapat memperdalam
pemahamannya dengan memberi penjelasan atas
suatu konsep kepada siswa yang lambat
(Kelompok C). Siswa dapat menyelesaikan
permasalahan dengan mendengarkan pemikiran
dan gagasan siswa lain. Para siswa dapat
membangun persahabatan yang lebih baik.
g) Diskusi. Para siswa saling berkomunikasi aktif satu
sama lain disebut diskusi. Akan tetapi,
diskusi tidak selalu aktif secara visual dan
tidak selalu melibatkan banyak siswa. Berbagai
bentuk diskusi Seorang siswa dengan tenang memikirkan
sesuatu SMengapa bisa
seperti
ini Ini adalah bentuk
diskusi Siswa yang lambat belajarnya
dengan diam-diam
meminta temannya menunjukkan cara memecahkan
suatu perosoalan dan siswa yang
duduk disebelahnyapun memberi bantuan. Ini
adalah bentuk lain diskusi. (3) Kita meminta
pendapat siswa dan seorang siswa mengungkapkan
pendapatnya. Tanpa membenarkan
atau menyalahkan jawaban yang diberikan, kita
meminta siswa-siswa lain menanggapi
pendapat temannya. Seorang siswa lain memberikan
pendapatnya. Ini juga bentuk diskusi.
h) Apakah LKS diperlukan?
LKS tidak selalu diperlukan, apalagi LKS yang hanya mengisi titik-
titik tidak merangsang siswa berpikir. Kita
dapat menggunakan latihan soal yang ada di
buku paket. Kalau mau, LKS menyertakan
pertanyaan dan tugas yang membuat siswa
berpikirMengapaSelanjutnya berapa jumlah LKS
harus diberikan atau S
SBagaimana
kepada tiap kelompok. Pengalaman, ketika diberi
satu LKS per kelompok, siswa cerdas saja
yang menguasai LKS sementara siswa lain tidak
bekerja. Ketika diberi satu LKS per siswa,
siswa tidak berdiskusi tapi bekerja
sendiri-sendiri. Oleh karena itu, bergantung pada tujuan
pembelajaran. Bila kita mengharapkan siswa
bekerjasama atau berkolaborasi maka cukup 1
LKS yang menantang per kelompok. Bila kita
mengharapkan siswa melakukan latihan maka
setiap siswa harus mendapat LKS.
5. Merancang pembelajaran. Rancangan pembelajaran atau
skenarrio yang dituangkan dalam
format RPP yang berlaku. Walaupun kita sudah membuat RPP, namun
pelaksanaan di kelas bisa
berubah bergantung situasi kelas dan kita harus
melakukan adaptasi, yang lebih penting siswa
memahami persoalan yang dibahas. Dari rancangan
pembelajaran tersebut, dua hal yang harus
selalu dalam ingatan kita yaitu tujuan pembelajaran dan prediksi reaksi
siswa. Kalau tujuan
pembelajaran jelas maka kita tidak akan tersesat
selama pembelajaran. Dengan memikirkan
antisipasi terhadap reaksi siswa, kita dapat
merespon reaksi siswa dengan lebih baik.
6
Gambar 3. Suasana akrab tahap Perencanaan
kegiatan Lesson Study
6. Siapa menjadi guru model dan di sekolah mana?
Selanjutnya rencanakan open lesson untuk
mengimplementasikan rancangan pembelajaran. Open
lesson dilaksanakan di sekolah tempat
guru model mengajar pada kelasnya sehingga tidak
masalah beradaptasi. Diharapkan semua
guru mendapat giliran menjadi guru model. Bagi
guru model jangan khawatir. Perlu diingat,
pebelajaran pada saat open lesson bukan Spertunjukan mengajar yang harus nampak
sempurna. Dengan open lesson justru kita akan melakukan perbaikan pembelajaran. Observer
di
dalam kelas bukan untuk mengevaluasi guru
mengajar tapi untuk memperoleh inspirasi yang
dapat diterapkan pada kelas kita melalui
pengumpulan data tentang aktivitas siswa belajar
(siswa mana yang belajar dan mengapa dia
belajar?, siswa mana yang tidak belajar dan
mengapa?) Guru model mempersiapkan denah tempat
duduk siswa untuk menjadi acuan bagi
observer. Gambaran kegiatan perencanaan
pembelajaran (tahap Perencanaan) diperlihatkan
dalam gambar 3.
Tahapan kedua dalam Lesson Study adalah pelaksanaan (Implementasi) pembelajaran untuk
mengujicoba rancangan pembelajaran yang telah
dirumuskan dalam tahap perencanaan pada kelas
nyata (tidak
memilih siswa-siswa pandai dari beberapa kelas paralel supaya pembelajaran
nampak
bagus). Sebelumnya, dalam perencanaan telah disepakati
siapa guru model yang akan
mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah
yang akan menjadi tuan rumah. Tahapan ini bertujuan
untuk mengujicoba efektivitas model pembelajaran
yang telah dirancang dan ditindaklanjuti dengan
melakukan perbaikan pembelajaran di kelas
masing-masing. Guru-guru lain dari sekolah yang
bersangkutan atau dari sekolah lain, kepala
sekolah, pengawas bertindak sebagai pengamat (observer)
pembelajaran. Begitu pun dosen-dosen, mahasiswa,
atau komite sekolah dapat melakukan pengamatan
dalam pembelajaran tersebut.
Kepala sekolah (minimal kepala sekolah tuan
rumah) terlibat dalam pengamatan pembelajaran dan akan
lebih baik apabila kepala sekolah memandu
kegiatan ini. Sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya
dilakukan briefieng
kepada para pengamat dengan agenda berikut:
1. Guru model menginformasikan rencana pembelajaran
secara singkat, topik? Kelas?
Tujuan/target pembelajaran? Rencana skenario
pembelajaran?
7
2. Mengingatkan sikap observer selama pembelajaran
berlangsung, pengamat tidak mengganggu
kegiatan pembelajaran, tidak ngobrol sesama
pengamat, tidak keluar masuk kelas,
mengkondisikan HP tidak berbunyi, tidak menghalangi
pandangan siswa. Pengamat berdiri
(kecuali yang sakit) di sebelah kiri, sebelah
kanan, dan di belakang dalam ruangan kelas.
3. Observer mengamati dan mencatat (pada buku khusus
observasi Lesson Study) aktivitas siswa
selama pembelajaran. Fokus pengamatan ditujukan
pada tiga hal berikut: (1) apakah siswa
belajar dan bagaimana prosesnya?, (2) adakah
siswa yang tidak belajar dan mengapa tidak
belajar?, (3) bagaimana usaha guru memotivasi
siswa yang tidak belajar?
4. Denah tempat duduk siswa perlu dimiliki oleh para
pengamat sebelum pembelajaran dimulai
agar dapat mengamati siapa yang belajar dan
siapa yang tidak belajar. Para pengamat
dipersilahkan mengambil tempat di ruang kelas
yang memungkinkan dapat mengamati aktivitas
siswa. Biasanya para pengamat berdiri di sisi
kiri dan kanan di dalam ruang kelas agar aktivitas
siswa teramati dengan baik. Ketika siswa sedang
diskusi kelompok pengamat dapat mendekati
siswa untuk mendengar pembicaraan dalam diskusi
dan segera kepinggir ketika guru
menginterupsi untuk memberi penjelasan sehingga
pendangan siswa tidak terhalangi.
5. Selama pembelajaran berlangsung para pengamat dapat
melakukan perekaman kegiatan
pembelajaran melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan
studi lebih lanjut dengan catatan cameramen atau
lampu camera tidak menganggu atau
mengahalangi aktivitas siswa.
6. Keberadaan para pengamat di dalam ruang kelas
disamping mengumpulkan informasi juga
dimaksudkan untuk belajar dan memperoleh
inspirasi dari pembelajaran yang sedang
berlangsung dan bukan untuk mengevaluasi
guru. Gambar 4 memperlihatkan suasana
pembelajaran dalam rangka Lesson Study (open
lesson).
Gambar 4. Suasana open lesson. Guru model
memberikan bantuan kepada siswa sementara observer
mengamati dan mencatat aktivitas siswa
Peran guru model dalam open lesson adalah
memfasilitasi siswa agar terlibat dalam belajar. Siswa diajak
berpikir dan bertukar pendapat dengan temannya.
Beberapa tip untuk guru model (disarikan dari Buku
Petunjuk Guru untuk Pembelajaran lebih Baik oleh
JICA Experts, Program SISTTEMS):
8
1. Membuat setiap siswa memahami materi
pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru harus selalu
mengingat hal-hal berikut: (a) Apa yang saya
harapkan untuk dipahami siswa? (b) Apakah semua
siswa dapat memahami materi? Jika tidak, mengapa
dan bagian mana yang sulit dipahami
siswa?
(c) Apa yang harus saya lakukan untuk membantu siswa yang mendapat
kesulitan? (d)
Apakah para siswa saling mendengarkan satu sama
lain? Guru harus dapat membuat keputusan
cepat tentang apa yang harus dilakukan
berikutnya berdasarkan kondisi dan reaksi siswa.
2. Tetap menarik perhatian siswa. Tetaplah menarik
perhatian siswa dengan cara: (a) membuat
pengantar pembelajaran yang atraktif, (b)
menggunakan material, topik, atau kegiatan yang
kongkrit, (c) melakukan penyesuaian waktu, dan
(d) meminta siswa yang mulai kehilangan
konsentrasi memperhatikan kembali
pembelajaran.
3. Jangan bicara terlalu banyak. Apabila guru
terus-menerus berbicara selama satu jam, siswa
tentu akan merasa bosan. Guru mengurangi porsi
bicaranya seminimal mungkin. Sebaliknya,
seorang guru harus mampu mendengar
bisikan-bisikan saya tidak para siswa
sekalipun SHmm
mengerti SOh
saya bisa S SIni susah S
SMengapa begini SSaya coba
deh tapi SOh
jadi
saya bisa pakai rumusyang kemaren
Guru harus S Bermulutkecil bertelinga besar
4. Berikan penjelasan yang diperlukan. S banyak
beberapa guru menyalah Jangan bicara terlalu
artikan, akibatnya guru tidak memberikan
penjelasan kepada siswa. Ini salah. Guru harus
memberikan penjelasan yang memadai tentang: (a)
langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
suatu eksperimen atau kegiatan kelompok, (b)
mengapa suatu jawaban itu salah?
5. Gunakan papan tulis dengan baik. Manfaatkan papan
tulis dengan optimal: (a) menuliskan
dengan huruf besar dan jelas, (b) pikirkan
baik-baik apa yang akan ditulis/digambar pada papan
tulis dan dimana harus menulis/menggambarnya,
(c) berikan kepada siswa waktu yang cukup
untuk menyalin di papan tulis.
6. Bagaimana mengatur meja siswa. Tiga jenis seting meja
dan kursi: (a) seting konvensional, (b)
seting huruf U, dan (c) seting kelompok.
9
Masing-masing seting memiliki kelebihan dan kekurangan:
Jenis seting Kelebihan Kekurangan
Seting Siswa dapat dengan mudah melihat Guru agak sulit memantau siswa
Konvensional tulisan pada papan tulis yang duduk
di belakang
Siswa mudah berganti posisi ke seting
kelopok dengan memutar kursi siswa
yang duduk di barisan depan
Seting huruf Guru dapat memantau secara mudah Siswa yang duduk di barisan
U aktivitas siswa beserta ekspresi wajah samping
agak sulit melihat tulisan
siswa walau siswa yang duduk di baris pada papan
tulis
belakang
Siswa mudah berganti posisi ke seting
kelopok dengan memutar kursi siswa
yang duduk di barisan depan
Seting Siswa dengan mudah dapat berdiskusi Beberapa siswa kesulitan melihat
kelompok dengan siswa lain tulisan pada papan
tulis
Guru kesulitan memantau
aktivitas semua siswa
Jika siswa dapat dengan mudah memindahkan meja
maka guru dapat mengubah seting meja
beberap kali selama pembelajaran berdasarkan
topik atau isi pembelajaran. Bila seting huruf U
dipandang lebih efektif maka pada pembelajaran
biasanyapun (sehari-hari) dapat menggunakan
seting huruf U untuk semua mata pelajaran. Untuk
keperluan open lesson, perlu disediakan
tempat
untuk berdiri observer pada sisi kiri, kanan,
dan belakang di dalam kelas.
7. Mendeteksi siswa yang mengalami kesulitan. Di setiap
kelas selalu ada siswa yang lambat
memahami pembelajaran. Salah satu tugas guru
adalah mendeteksi siswa yang mengalami
kesulitan. Hal ini dapat dilihat melalui
ekspresi wajah dan tubuh serta pergerakan mata siswa.
Contoh kejadian yang sering ditemukan, antara
lain:
Siswa hanya menyalin catatan siswa lain
Siswa mencoba menyembunyikan catatan mereka dari
guru
Siswa hanya menonton siswa lain yang sedang
beraktivitas di kelompoknya
Siswa aktif berpartisipasi dalam kegiatan
kelompok tetapi tidak dapat menyimpulkan hasil
kegiatan atau tidak mengisi LKS
Siswa mendengarkan guru dengan pikiran kosong
Siswa semacam ini membutuhkan perhatian guru.
Kelas yang ideal adalah kelas dimana
siswanya secara lugas dapat berkata S Sayatidak mengerti mohon dijelaskan
8. Bagaimana membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Ketika siswa mengalami kesulitan,
jangan mencoba mengajar siswa tersebut secara
individu tetapi mintalah siswa lain
10
membantunya. Inilah pentingnya kerja kelompok. Langkah yang bisa diambil
adalah: (a) Minta
siswa melakukan kegiatan kelompok. (b) Mendekati
siswa yang mengalami kesulitan dan
bertanya,
S Guru harus mendengarkan dengan
cermat dan Bagian mana yang tidak
dipahami
mengetahui secara tepat bagian yang tidak
dipahami. (c) Katakan kepada siswa tersebut,
SBertanyalah kepada teman kamu di kelompokmu
atau di kelompok lain Guru menyaksikan
komunikasi yang terjadi.
9. Bagaimana memperhatikan siswa yang pandai. Guru tidak
perlu memberi perhatian khusus
kepada siswa pandai karena mereka bisa memahami
pembelajaran tanpa banyak bantuan guru,
yang penting menjaga motivasi siswa-siswa
pandai. Berikan tugas yang menantang dan biarkan
berpikir. Biarkan mereka membantu siswa yang
lambat dalam kelompoknya.
10. Kapan memulai dan menghentikan kegiatan kelompok.
Salah satu alasan mengapa kegiatan
kelompok tidak berjalan efektif karena guru
sering kali tidak tahu kapan memulai atau
menghentikan kegiatan kelompok pada waktu yang
tepat. Kegiatan kelopok dapat dimulai
ketika: (a) siswa diberi tugas untuk dikerjakan
dan (b) siswa diharapkan dapat berpikir,
berbicara, dan belajar bersama-sama. Menurut
pengalaman, jumlah siswa per kelompok
biasanya antara 3 4 orang (kalau mungkin 2 putra dan 2 putri)
dengan duduk selang-seling.
Kegiatan kelompok harus dihentikan pada saat:
(a) hampir semua kelompok telah
menyelesaikan tugas atau pekerjaan mereka, tidak
perlu menunggu semua kelompok selesai
dan (b) banyak kelompok yang mendapat kesulitan
dan guru harus memberi penjelasan. Selalu
ada kelompok siswa pandai selesai lebih dulu
maka guru harus memberi tugas tambahan
dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi untuk
mencegah siswa pandai mengalami kebosanan.
Guru harus mempersiapkan tugas tambahan ini saat
merancang pembelajaran.
11. Bagaimana merancang presentasi siswa. Umumnya ketika
kegiatan kelompok selesai, guru
cenderung meminta semua kelompok mempresentasikan
hasil pekerjaan mereka tanpa
mempertimbangkan waktu dan perhatian siswa lain.
Dari pengalaman, banyak presentasi siswa
berjalan tidak efektif dan hanya membuang-buang
waktu. Petunjuk dasar tentang presentasi: (a)
Jika jenis pembelajaran berbentuk latihan maka
presentasi siswa tidaklah diperlukan, cukup
dengan membacakan jawaban dan membetulkan
kesalahan siswa. (b) Jika jenis pembelajaran
berbentuk eksplorasi maka presentasi siswa harus
dilakukan. Untuk menghargai pekerjaan
mereka, semua kelompok mengumpulkan hasil
pekerjaan mereka. Guru harus memeriksa
terlebih dulu beragam jawaban dan hanya meminta
beberapa kelompok mempresentasikan
hasil pekerjaan mereka, hasil yang salah dan
yang benar. Ketika seorang mempresentasikan
hasil, siswa lain harus memperhatikan dan
setelah presentasi oleh satu kelompok dilanjutkan
dengan diskusi, siswa lain harus memberi
tanggapan dan kondisikan agar terjadi diskusi diantara
siswa. Presentasi dapat dilakukan di
tengah-tengah pelaksanaan kegiatan kelompok.
12. Berterima kasih kepada siswa yang melakukan kesalahan.
Guru harus menghargai dan berterima
kasih kepada siswa yang melakukan kesalahan.
Kesalahan siswa menunjukkan bahwa
pembelajaran masih harus ditingkatkan.
Belajarlah dari kesalahan mereka untuk meningkatkan
mutu pembelajaran. Ketika siswa melakukan
kesalahan, banyak guru berpikir bahwa siswa
kurang cerdas, siswa tidak belajar sebelumnya,
siswa tidak siap belajar. Siswa membuat
kesalahan karena guru tidak membelajarkan siswa
dengan baik dan tidak dapat membuat siswa
memahami suatu konsep. Media, LKS, eksperimen,
atau kegiatan kelompok tidak memberikan
11
kontribusi terhadap pembelajaran siswa. Memarahi siswa yang membuat kesalahan
sangatlah
tidak baik karena: siswa akan kehilangan kemauan
untuk belajar, siswa akan sering diam di
kelas, dan guru tidak bertanggung jawab dengan
melemparkan kesalahan kepada para siswa.
Ketika siswa membuat kesalahan, guru harus dapat
mengetahui alasan kesalahan tersebut dan
membetulkannya. Jangan pernah membiarkan suatu
kesalahan tanpa terkoreksi.
13. Minta siswa mencatat. Terkadang siswa perlu
mempelajari kembali apa yang didapat di kelas
untuk dapat memahami dengan baik. Mencatat
merupakan bagian penting dari pembelajaran.
Mintalah siswa mencatat.
14. Menggunakan waktu dengan efisien. Di SMP di Indonesia,
umumnya satu pembelajaran
memakan waktu 80 menit (40 menit x 2 jam
pelajaran). Pola pembelajaran yang umum
dilakukan guru adalah 20 menit pendahuluan, 40
menit kegiatan kelompok, dan 20 menit
presentasi. Jika guru mengikuti pola ini secara
kaku tanpa diiringi variasi metoda pembelajaran
maka guru hanya akan membuang-buang waktu selama
pembelajaran. Bagaimana menghindari
hal ini?
Pendahuluan
Pendahuluan tidak perlu memakan waktu 20 menit.
Pendahuluan sebaiknya singkat dan tidak
bertele-tele. Setelah berhasil menarik perhatian
siswa, guru harus melangkah ke bagian
pembelajaran selanjutnya tanpa membuang terlalu
banyak waktu.
Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok tidak boleh dilakukan
terburu-buru. Seandainya LKS terdiri dari dua tugas,
guru tidak boleh meminta siswa mengerjakan
keduanya sekaligus tapi mengerjakan satu per
satu. Ketika tugas pertama selesai, guru
sebaiknya meminta siswa mengubah posisi duduk ke
posisi ceramah. Setelah mendiskusikan hasil dan
memberian penjelasan, guru meminta siswa
kembali ke posisi kelompok, dan mulai tugas
kedua. Ketika menemukan siswa mengalami
kesulitan dengan tugasnya, guru harus melakukan
intervensi dan meminta siswa menghentikan
pekerjaan dan kembali ke formasi ceramah untuk
klarifikasi tugas yang diberikan. Jangan pernah
menugaskan siswa mengerjakan sesuatu ketika
mereka masih bingung karena hanya akan
membuang waktu percuma. Jika siswa bekerja lebih
cepat dari yang diduga, guru harus
menghentikn kegiatan, jangan membiarkan waktu
terbuang percuma.
Presentasi
Sangatlah membuang waktu jika guru meminta semua
kelompok melakukan presentasi, dan
semua melakukan presentasi yang sama. Untuk
menghindari masalah ini, guru bisa saja
menugaskan hanya satu kelompok untuk melakukan
presentasi, lalu minta semua
mendiskusikan apa yang telah dipresentasikan.
Cara lain adalah meminta tiap kelompok
menuliskan atau menggambarkan hasil kegiatan
mereka pada kertas dan menempelkannya di
papan tulis. Guru cukup meminta beberapa
perwakilan kelompok yang hasil pekerjaannya
menarik untuk didiskusikan. Komentar JICA
expert: banyak guru Indonesia mengeluh kekurangan
waktu untuk memenuhi tuntutan kurikulum. Akan
tetapi yang sebenarnya terjadi adalah mereka
tidak dapat menggunakan waktu pembelajaran
secara efektif dan efisien.
12
Tahapan ketiga dalam kegiatan Lesson Study adalah refleksi. Setelah selesai pembelajaran langsung
dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang
dipandu oleh kepala sekolah atau fasilitator MGMP
untuk membahas pembelajaran. Seting tempat duduk
dikondisikan sedekimian rupa sehingga semua
peserta refleksi dapat saling berintraksi dengan
mudah, misal seting tempat duduk yang melingkar
seperti pada gambar 4.5. Guru model mengawali
diskusi dengan menyampaikan kesan-kesan dalam
melaksanakan pembelajaran, sejauh mana
harapannya tercapai. Selanjutnya pengamat diminta
menyampaikan komentar berdasarkan fakta
(mendahulukan fakta dar pada opini) yang diperoleh dari
pengamatan untuk menjawab pertanyaan (1) apakah
siswa belajar dan bagaimana prosesnya?, (2)
adakah siswa yang tidak belajar dan mengapa
tidak belajar?, (3) bagaimana usaha guru memotivasi
siswa yang tidak belajar?
Pemandu mengangkat isu yang perlu didiskusikan
dan meminta pendapat pengamat lain untuk
menanggapinya. Pemandu tidak perlu menyimpulkan
pendapat-pendapat para pengamat, biarkan saja
sebagai alternatif solusi untuk perbaikan
pembelajaran.
Tentunya, kritik dan saran untuk guru
disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran.
Sebaliknya, guru harus dapat menerima masukan
dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran
berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini
dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya dan
pengamat menerapkan perbaikan pembelajaran di
kelas masing-masing, kemudian hasil implementasi di
masing-masing kelas di-share dengan teman pada pertemuan berikutnya. Misal, Pa Dadang
melakukan
open lesson pada kelas 7A, setelah mendapat
masukkan, Pa Dadang menerapkan hasil refleksi tersebut
pada kelas 7B. Observer yang mengajar kelas 7
menerapkan juga masukan efleksi pada kelas masing-
masing. Kemudian hasil penerapan pada kelas
biasa dibahas pada pertemuan berikutnya. Semua kelas
paralel herus memperoleh inovasi pembelajaran.
Dengan demikian semua siswa di sekolah sasaran di
wilayah MGMP memperoleh dampak dari inovasi
pembelajaran. Suasana diskusi pasca pembelajaran
(tahap refleksi) diperlihatkan dalam gambar 5.
Pelatihan melalui Lesson Study harus dilakukan secara berkelanjutan agar berdampak
terhadap mutu
pembelajaran. Untuk menjamin keberlanjutan
pelatihan guru melalui model Lesson Study
maka
diperlukan keterlibatan kepala sekolah,
pengawas, dinas pendidikan, dan komite sekolah. Pelatihan guru
melalui Lesson
Study dilaksanakan secara kolaboratif dan mutual learning. Hal ini dimaksudkan
untuk
memperoleh practical
knowledge maupun the wisdom of practice yang muncul selama kegitan Lesson
Study. Keberadaan nara sumber bukan untuk menceramahi
peserta tetapi lebih sebagai fasilitator untuk
memfasiltasi agar terjadi sharing pendapat dan pengalaman diantara peserta sehingga komunitas
belajar terbangun sebagai forum pengembangan
diri.
Dosen pendamping harus memberikan komentar
terhadap kegiatan open lesson sebelum keg
refleksi diakhiri. Komentar dosen pendamping
meliputi aspek materi ajar, pembelajaran, dan Lesson
Study. Bagian mana yang sudah bagus untuk
dipertahankan dan bagian mana yang perlu perbaikan serta
solusi alternatifnya. Kemudian guru yang membuka
kelas dan observer melakukan perbaikan
pembelajaran sehari-hari pada kelas
masing-masing. Kepala sekolah dan pengawas melakukan
pemantauan terhadap hasil kegiatan Lesson Study, apakah terjadi perubahan pada
pembelajaran sehari-
hari. Kecenderungan kita membuat persiapan yang
maksimal untuk diobservasi saat open
lesson karena
ingin memperlihatkan yang terbaik sementara pada
pembelajaran sehari-hari persiapan biasa-biasa saja
atau tanpa persiapan. Kalau demikian Lesson Study dianggap sebagai pertunjukkan
mengajar dan hal ini
tidak diharapkan dalam Lesson Study. Yang diharapkan dalam Lesson Study adalah terjadinya
peningkatan sedikit demi sedikit secara terus
menerus pada pembelajaran sehari-hari. Lesson
Study
harus berdampak terhadap kinerja pembelajaran
sehari-hari (Gambar 6).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar